Sering saya temui, ketika seorang anak memuliakan kedua orang tuanya, maka kesuksesan dan kemuliaan pun akan mengiringi langkahnya. Hal ini pula yang terjadi pada Mas Alan Efendhi, sosok yang saya temui dalam acara Roadshow Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo, yang terselenggara atas kerja sama Astra Internasional dengan Solopos Media Group. Dalam acara tersebut, saya bersama teman-teman dari Komunitas Digital Content Creators (DCC) Indonesia, menyimak kisah perjuangan Mas Alan membangun bisnisnya, hingga beliau mampu meraih prestasi sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia tahun 2023 bidang Kewirausahaan.
Semua berawal di tahun 2014. Keputusan bulat Mas Alan untuk pulang kampung dan menemani orang tuanya menghabiskan masa tua, menjadi awal perjalanannya menemukan pintu kesuksesan sebagai seorang pengusaha. Meski memang, pintu kesuksesan tak selalu mudah dibuka. Sebab, di kampung halamannya di Gunung Kidul, tak banyak yang bisa dilakukan.
Tantangan Hidup di Gunung Kidul
Kondisi geografis Gunung Kidul. Sumber foto: Indonesia Tourism |
Seperti kita ketahui, Gunung Kidul memiliki struktur geologis tanah yang berupa karst. Tanah karst cenderung memiliki sifat yang kering dan kurang subur, sebab batuan kapur tidak mudah menahan air. Itulah mengapa Gunung Kidul sering mengalami kekeringan.
Orang-orang di Gunung Kidul sangat mengandalkan hujan untuk pengairan, sehingga, sawah di sana bisa disebut sebagai sawah tadah hujan. Ketika kemarau datang, tentu saja penghasilan penduduk menjadi sangat berkurang.
Dengan kondisi Gunung Kidul yang demikian, tentu Mas Alan perlu menimbang matang-matang apa yang akan dilakukannya di kampung halaman nanti sebelum memutuskan untuk benar-benar pulang.
"Di kampung, saya bisa apa sih? Gunung Kidul itu 'kan kalau teman-teman searching, selain terkenal dengan pantainya, juga terkenal dengan kekeringannya. Kalau mau bertani, bertani apa dengan lahan seperti ini?" Terang Mas Alan.
Lahirnya Rasane Vera
Rasane Vera. Sumber foto: Instagram @efendhi_alan.rv |
Dengan mempertimbangkan kondisi tanah di Gunung Kidul, Mas Alan terpikir untuk membudidayakan buah naga, anggur, ataupun pepaya California. Namun, karena baik buah naga, anggur, ataupun pepaya California, terlalu rumit dalam perawatannya, Mas Alan pun mengurungkan niatnya untuk membudidayakan ketiga jenis tanaman ini.
Akhirnya, terinspirasi dari sebuah kawasan agro wisata di Pontianak, Mas Alan pun memutuskan untuk membudidayakan tanaman Aloe Vera atau yang dikenal dengan sebutan lidah buaya.
Mengapa Memilih Aloe Vera?
Setidaknya, ada dua alasan utama mengapa Mas Alan memilih Aloe Vera untuk dibudidayakan. Hal ini karena:
1. Perawatannya Mudah
Aloe Vera merupakan tanaman gurun yang minim perawatan. Lidah buaya bisa tumbuh di lahan kritis atau lahan yang kering, seperti kondisi tanah di Gunung Kidul.
"Dia 'kan seperti kaktus, tanaman gurun. Nggak disiriam setahun pun nggak akan mati." Terangnya.
2. Prospektif
Selain mudah dalam perawatan, dari segi prospeknya, Aloe Vera bisa masuk dalam empat industri besar, yakni:
a. Industri Kosmetik
Aloe Vera dapat digunakan untuk perawatan tubuh, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bahkan, sejak 4.000 tahun lalu Aloe Vera telah digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit.
b. Industri Farmasi
Aloe Vera juga dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan, seperti obat pencahar, antiseptik, dan lain sebagainya. Hal ini karena Aloe Vera mengandung zat-zat anti inflamasi, anti jamur, juga anti bakteri.
c. Industri Pertanian
Di industri pertanian, lidah buaya digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk POC (Pupuk Organik Cair).
d. Industri F&B (Kuliner)
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, lidah buaya juga dikembangkan sebagai bahan makanan atau minuman kesehatan, karena kandungan gizinya yang diketahui berkhasiat untuk menurunkan kadar gula dalam darah, mengontrol tekanan darah, hingga menstimulasi kekebalan tubuh dari serangan penyakit kanker.
Dari keempat industri itu, Mas Alan memutuskan untuk menggeluti industri kuliner, yakni dengan membuat minuman kesehatan yang berbahan baku lidah buaya.
Saat memulainya, tentu ada berbagai tantangan yang Ia hadapi. Seperti para tetangga yang belum percaya dengan gebrakannya, sehingga ketika Mas Alan meminta mereka untuk menanam tanaman Aloe Vera ini, mereka masih ragu.
"Mereka nggak mau. Mereka belum melihat bahwa komoditas ini nantinya bisa benar-benar diserap oleh Mas Alan, karena Mas Alan belum memiliki perusahaan yang terlihat sudah maju." Lanjutnya.
Tidak kehabisan akal, Mas Alan menggandeng saudara dekat (Bulik dan Budenya) untuk menanam bibit-bibit lidah buaya ini. Setahun kemudian, ketika lidah buaya telah siap panen, Mas Alan membuktikan ucapannya. Ia menampung lidah buaya itu, dan mengolahnya menjadi produk minuman kesehatan yang diberi nama Rasane Vera.
Namun, di tengah perjalanan produksinya, Mas Alan sempat kehabisan bahan baku. Ia pun kembali memutar otak, bagaimana agar orang-orang di sekitarnya mau menanam lidah buaya juga. Akhirnya, Mas Alan mencoba dengan memberikan bibit-bibit gratis kepada para tetangga, agar ketersediaan bahan baku tetap terjaga.
Kebun lidah buaya yang dikelola Mas Alan. Sumber foto: Instagram @efendhi_alan.rv |
Sebelum menjadi seperti sekarang, bisnis yang mulai dirintis sejak tahun 2014 ini juga menemui berbagai tantangan. Berkat keuletan Mas Alan, produk yang semula hanya berupa minuman berbentuk es lilin ini pun kian berkembang.
Setelah setahun berjalan, Mas Alan mulai melakukan pemasaran agar produk Rasane Vera semakin dikenal. Memang, produk minuman berbahan lidah buaya belum banyak ditemukan. Apalagi, ada ketakutan dari konsumen bahwa tanaman yang berlendir itu jika diolah akan tetap memiliki rasa yang pahit dan menimbulkan gatal di tenggorokan. Namun, Mas Alan meyakinkan bahwa dengan teknik pengolahan yang benar, produk berbahan Aloe Vera ini bisa menjadi minuman yang lezat, menyegarkan, dan bermanfaat bagi kesehatan.
Tahun 2018, Mas Alan mulai menggandeng pemerintah setempat untuk menyemangati warganya. Tujuan lainnya, Ia berharap agar Aloe Vera dapat menjadi ikon baru kuliner Gunung Kidul, selain kuliner belalang yang lebih dulu dikenal.
Alhamdulillah, berkat dukungan dari pemerintah setempat, semakin lama semakin banyak pula kelompok tani yang menjadi mitra Mas Alan untuk mensuplai bahan baku mentah dari Rasane Vera tersebut. Bahkan, saat ini supplier lidah buaya untuk produk Rasane Vera bukan hanya warga setempat saja, tetapi sudah merambah daerah lain.
Jatuh Bangun Merintis Bisnis, Hingga Sukses Meraih Apresiasi SATU Indonesia Tahun 2023 Bidang Kewirausahaan
Jungkir balik dalam membangun bisnis telah dilalui Mas Alan di tahun-tahun pertama. Mulai dari kekurangan bahan baku hingga produk yang cepat basi dan diretur oleh toko-toko. Namun, semua itu dijadikannya pelajaran dan motivasi untuk berinovasi membuat produk baru yang lebih tahan lama, tanpa mengurangi khasiatnya.
"Dulu tuh awal-awal minumanku itu hanya bertahan 3 hari. Jadi banyak sekali retur-an ketika kita konsinyasi ke toko-toko, ke warung-warung, dan sebagainya. Itu kan sebuah tantangan juga. Kalau kita tidak ulet, kita tidak optimis dengan apa yang kita lakukan, mungkin kita sudah runtuh di tahun pertama." Kenangnya.
Kisah perjalanan Mas Alan dalam mengembangkan bisnis sejak tahun 2014, dari mulai saat merintis usaha, merekrut para petani, hingga bisa menciptakan sebuah produk berkualitas berbahan Aloe Vera, diceritakan dan didaftarkan dalam SATU Indonesia Awards 2021. Namun, di tahun itu, Ia gagal.
Selanjutnya, Mas Alan berinovasi membuat produk Rasane Vera yang menggunakan pemanis dari gula stevia, yang lebih aman bagi kesehatan khususnya bagi penderita diabetes. Di batas usia pendaftaran SATU Indonesia Awards, yaitu usia 35 tahun, Mas Alan kembali mendaftarkan diri. Dan karena inovasinya ini, Mas Alan pun keluar sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia tahun 2023 bidang Kewirausahaan.
Dari Mas Alan Efendhi saya belajar, sebuah keinginan dapat diraih dengan kegigihan, kesalahan dapat diperbaiki dengan kesadaran untuk belajar, dan yang paling penting, bakti seorang anak pada orang tua, akan mengantarkan kita menuju gerbang kesuksesan.