Mati gaya karena harus #dirumahaja? Capek masak melulu dan lagi pengen rebahan aja? Rebahannya sambil baca buku aja gimana? Nih, kayusirih kasih 10 buku asik untuk dibaca di tengah pandemi ini. 10 buku ini adalah buku favorit saya. Apa sajakah itu?
1. Recto Verso
Buku ini selalu saya baca di saat gabut. Entah sudah berapa puluh kali kisah-kisahnya saya baca ulang, terutama di judul; Peluk, Aku Ada, Tidur, Hanya Isyarat, Malaikat Juga Tahu, Firasat, juga Cicak di Dinding. Wow, hampir semua judul saya suka. 7 dari 11 kisah, meski sebenarnya saya juga suka 4 judul lainnya, yaitu; Curhat buat Sahabat, Selamat Ulang Tahun, Grow a Day Older, dan Back to Heaven's Light.
Buku ini membuat pandangan saya kepada penulisnya yaitu Dewi "Dee" Lestari, berubah. Tadinya, saat Supernova, novel pertama Dee lahir, saya kira Dee hanya latah mengikuti beberapa artis yang juga menelurkan buku, seperti Rieke Diah Pitaloka misalnya, yang buku kumpulan puisinya berjudul "Renungan Kloset" terbit di tahun yang sama.
Sampai ketika tahun 2010 saya membaca Recto Verso yang dibeli suami, saya harus sepakat dengan pendapat Andrea Hirata yang menulis bahwa daya tarik tulisan Dee adalah ia selalu menghormati intelektualitas pembaca. Buat saya yang tingkat kecerdasannya ngga seberapa ini, membaca satu cerpen di Recto Verso saja memerlukan beberapa kali pengulangan untuk bisa benar-benar menangkap maksud penulisnya.
Alex Sriewijono juga menuliskan; Buku ini tak berujung dan juga tak berakhir, seperti mengalirnya hidup bersiklus. Buku ini bisa terasa dengan dan tanpa penokohan, karena siapa pun bisa menjadi tokoh dan orang-orang belakang layar untuk setiap penggalan episode cerita kehidupan. Ini bener banget sih, karena di hampir semua judul, tokohnya tak bernama. Bahkan cuma 'aku' dan 'kamu' saja.
Sebenarnya ada banyak kata yang ingin saya tuliskan untuk menunjukkan kekaguman saya pada buku ini (plus lagu-lagunya, karena saya juga suka semua lagunya), tapi artikel ini berjudul 10 Referensi Buku. Kalau satu buku saja saya ulas sepanjang ini, mau sampai sepanjang apa artikelnya? Wkwkwk...
Baca ini aja kalo gitu: Recto Verso, Melihat dan Mendengar Karya yang Sama
2. Heidi
Saya suka buku ini karena ada kenangan di dalamnya. Berawal dari sebuah film yang saya tonton bersama ibu, di TV, saat televisi kami masih hitam putih. Memorable moment banget. :)
Tentang buku ini pernah saya tulis di --> Heidi; Film, Buku, dan Sepotong Rindu
3. Megamendung Kembar
Buku ini adalah pemberian Mak Ranny Afandi. Waktu itu Mak Ran bilang, "Karya Retni SB tuh bagus-bagus."
Saya tak percaya begitu saja, sampai ketika saya membaca beberapa halaman, eh, ternyata Mak Ran benar. Apalagi saat saya membaca tulisan di bagian belakang buku itu, saya langsung mencium aroma "patah hati" di sini. :)
Ketika cinta dan luka dirahasiakan oleh bibir, maka batik mampu menyuarakannya...
Buku ini juga pernah saya tulis di sini; Megamendung Kembar, Sebuah Novel tentang Batik Indonesia
4. A Thousand Splendid Suns
Buku karya Khaled Hosseini ini berisi tentang kisah perjuangan yang memilukan seorang perempuan Afghan.
Mariam, gadis kecil yang dipanggil harami oleh ibunya sendiri, Nana, karena ia lahir dari hubungan gelap sang ibu dengan majikannya, Jalil. Mariam harus menerima amukan ibunya setiap hari, hingga suatu hari ia memutuskan untuk pergi ke rumah sang ayah. Mariam tidak mengindahkan nasihat ibunya, bahwa keluarga sang ayah tak mungkin menerima anak harami semacamnya. Ia yakin, ayahnya adalah seorang yang lembut hati, dan tentu akan melindunginya seperti bagaimana seharusnya seorang ayah.
Setelah membuktikan sendiri bahwa apa yang diucapkan oleh ibunya adalah sebuah kebenaran, Mariam pun kembali ke rumah sang ibu. Namun, kali ini ia tak akan pernah mendapatkan ibunya kembali seperti dulu, karena saat ia pulang, sang ibu telah mengakhiri hidupnya sendiri.
Bagaimana kehidupan Mariam selanjutnya? Siapkan tisu saat membaca novel ini yaa... Pesan moralnya adalah patuhi apa kata ibu. Jangan ngeyel.
5. Angel in the Rain
Thanks again to Mak Ran karena sudah meminjami saya buku ini. Angel in the Rain adalah novel karya Windry Ramadhina.
Sesungguhnya awal perkenalan saya dengan Windry Ramadhina agak kurang baik. Novel berjudul "Glaze" yang saya beli beberapa waktu lalu tidak berhasil membuat saya terpukau. Novel itu cenderung membosankan, dan bahkan saya harus mengumpulkan energi besar untuk mencapai separuhnya. Mungkin karena penggunaan kata "memberengut" yang terlalu berlimpah, yaa... Buat saya, itu cukup mengganggu dan menjatuhkan mood.
Namun, Mak Ranny, melalui novel-novel karya Windry yang dipinjamkan kepada saya, berhasil membuat penilaian saya kepada Windry berubah. Angel in the Rain, Walking After You, dan London, berhasil mencuri hati saya. Ketiga novel ini masih saling berkaitan ternyata.
Angel in the Rain bercerita tentang seorang penulis bernama Ayu yang sering mampir ke sebuah toko kue bernama Afternoon Tea. Nah, Walking After You bercerita tentang koki yang bekerja di Afternoon Tea tersebut.
Jika ingin membaca secara berurutan, maka pilihlah London terlebih dahulu, kemudian Walking After You, dan terakhir Angel in the Rain. Namun, karena ini bukan novel trilogi, jadi sah-sah saja mau baca dari mana. Kebetulan saya membaca Angel in the Rain terlebih dahulu, sehingga ketika membaca Walking After You, saya banyak menemukan kejutan. Hihi...
6. Totto-chan
Pasti sudah banyak yang tahu buku ini kan, ya? Buku ini bercerita tentang seorang gadis kecil di Jepang yang dikeluarkan dari sekolahnya karena sifatnya yang unik. Namun, beruntunglah ia karena ia dipertemukan dengan kepala sekolah terbaique di sekolah bernama Tomoe Gakuen, yang sangat memahami karakter unik setiap anak didiknya.
Karena bersekolah di sekolah itu, Totto-chan selalu bersemangat setiap pergi ke sekolah, meski sekolahnya hanya terbuat dari gerbong kereta bekas.
7. Bumi Manusia
Bumi Manusia adalah salah satu buku dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Berkisah tentang Minke, seorang pribumi yang sekolah di HBS (Hoogere Burgerschool) yaitu pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elite pribumi, yang menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya.
Bumi Manusia sudah difilmkan, dengan Iqbaal Ramadhan sebagai Minke, Mawar de Jongh sebagai Annelies Mellema, dan Ine Febriyanti sebagai Nyai Ontosoroh.
3 buku lain yang termasuk dalam Tetralogi Buru berjudul; Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
8. Entrok
Berawal dari keinginan untuk memiliki sebuah bra, seorang perempuan bernama Marni giat bekerja dan selalu memanjatkan harapannya pada leluhur yang ia puja. Hingga suatu hari, kegigihannya itu mengantarnya menjadi orang yang kaya raya, bahkan ia menjadi seorang rentenir terkemuka.
Setting waktu novel ini adalah di zaman orba, dan penulisnya pun memberikan gambaran politik di masa itu. Novel ini tak hanya menghibur, tetapi juga bisa memperkaya wawasan dan memperluas sudut pandang. Juarak!
9. Hafalan Shalat Delisa
Novel karya Tere Liye ini cukup istimewa karena saya beli saat mengunjungi Islamic Book Fair di Senayan belasan tahun silam. Saya menyisihkan sedikit demi sedikit gaji saya saat menjadi guru TK, sehingga saat di IBF, saya sangat selektif dalam memilih buku.
Jujur, pada awalnya saya ragu ketika akan mengambil buku ini, karena saat itu saya belum tahu siapa itu Tere Liye. Namun, setelah membaca buku ini, saya tidak menyesal telah membelinya karena ceritanya memang menarik. Pantas jika difilmkan.
10. Parenting with Heart
Ini buku parenting favorit karena gaya bahasanya yang ringan, ngga bertele-tele, ngga banyak teori ini anu ono, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh ibu-ibu yang agak lola alias loading-nya lama macam saya. Hehe...
Omong-omong, saya punya kebiasaan melipat halaman yang saya anggap penting, tetapi di buku ini, saya merasa harus melipat semuanya, karena semua halaman bagi saya sangat penting. Tidak mengherankan jika isinya bisa membuat pembaca baper, karena "Pendahuluan"-nya saja sudah sangat 'mak jleb'.
Anak-anak datang dalam keadaan baik dan bersih
Nanti, jika saatnya tiba,
Bisakah aku mengembalikannya sebersih semula?
Sanggupkah dagu kita tegak di hadapan-Nya
Sambil berkata, "Wahai Tuhanku, telah kutunaikan tugasku
Telah kujalankan amanah-Mu."
Huwaa, jleb kan? Dan ada banyak isinya yang semakin membuat 'mak jleb' pokoknya. Itulah alasan mengapa saya memfavoritkan buku ini. :)
*
Baiklah, itu dia 10 buku favorit saya, yang mungkin bisa menjadi rujukan seandainya teman-teman sedang kehabisan ide untuk mengisi hari-hari selama pandemi ini. Oya, ada yang pernah baca buku-buku di atas? Atau punya judul buku favorit juga? Sharing dong di komentar. :)