Pernah baca dongeng tentang seekor semut yang pandai berhemat? Ceritanya patut kita teladani, lho! Ya, meski hanya dongeng, tapi kan dongeng memang dibuat selain untuk hiburan, juga sekaligus untuk menyampaikan nilai-nilai moral yang bermanfaat dalam kehidupan. Dan dari dongeng tentang semut yang pandai berhemat itu, kita diingatkan tentang pentingnya mengelola rezeki dari Tuhan.
*
Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja dan melarang kegiatan meminta-minta atau menggantungkan hidup kepada orang lain. Karena itu, bijak dalam mengatur keuangan, adalah poin penting untuk bisa meraih kemandirian ekonomi. Bagaimanakah tuntunan Islam dalam mengatur keuangan?
1. Menabung
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda : "Simpanlah sebagian dari hartamu untuk kebaikan masa depanmu, karena itu jauh lebih baik bagimu." (H.R. Bukhari)
Dalam hadits lain, "Rasulullah menyimpan makanan untuk kebutuhan keluarga selama setahun." (H.R. Bukhari no 2904 dan Muslim no 1757)
Dari dua hadits di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk menyimpan rezeki yang kita dapatkan untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Jadi, ketika diberi rezeki lebih, sebaiknya jangan terburu nafsu untuk menghambur-hamburkan uang, karena belum tentu di masa yang akan datang kita akan mendapatkan rezeki dengan jumlah yang sama. Untuk itu, berhematlah, menabunglah. Jangan sampai, ketika kita diuji dengan masa "paceklik", kita jadi kebingungan, dan bersusah-susah mencari utangan. Na'udzubillahi min dzalik.
2. Hidup Sederhana
Hidup secara sederhana bukanlah sesuatu yang hina. Islam bahkan melarang umatnya untuk bersikap berlebih-lebihan. Ketika membelanjakan uang, belilah sesuatu sesuai dengan kebutuhan dan bukan berdasarkan keinginan. Artinya, hindarilah membeli sesuatu yang tidak benar-benar kita perlukan. Tapi bukan berarti harus kikir juga, yaa.. Sewajarnya saja.
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Furqon ayat 67; "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, di antara keduanya secara wajar."
3. Kurangi Kebiasaan Berutang
Kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Rezeki bisa datang tiba-tiba, begitu pula dengan musibah. Saat terdesak, tidak ada pegangan, mungkin berutang bisa jadi jalan keluar. Islam memang memperbolehkan utang-piutang dalam keadaan darurat. Namun, harus diingat bahwa utang sebaiknya hanya dilakukan dalam kondisi terdesak/kepepet/terpaksa, dan bukan untuk tujuan konsumtif.
Mengutip muslim.or.id, Umar bin Abdul Aziz berkata,
Namun, bagi yang berutang memang karena desakan kebutuhan, dan benar-benar berniat untuk mengembalikan utangnya, insya Allah akan diberi kemudahan oleh Allah dalam membayarnya. Bismillah, yaa... Semoga ke depannya kita diberi rezeki yang lebih baik lagi. Aamiin YRA.
4. Sedekah
Tak akan miskin orang yang menyedekahkan rezekinya di jalan Allah. Jika teman-teman masih ragu bahwa Allah akan melipatgandakan apa yang sudah kita keluarkan, silakan baca-baca kisah "Keajaiban Sedekah". Bukan. Bukan untuk membelokkan niat sedekah kita, tetapi untuk menguatkan niat bahwa berbagi tak akan membuat kita merugi.
Baca: Jangan Takut Berbagi, Banyak Hal Bisa Kita Raih Setelah Kita Ikhlas Memberi
5. Rumus 1-1-1
Untuk teman-teman yang menjalankan bisnis, kalian bisa meniru cara sahabat Nabi yaitu Salman al-Farisi dalam mengelola keuangannya. Metode beliau ini dikenal dengan formula atau rumus 1-1-1. Dengan modal 1 dirham, beliau membuat anyaman dan dijual dengan harga 3 dirham. 1 dirham digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, 1 dirham untuk sedekah, dan 1 dirham sisanya digunakan kembali untuk modal.
Beliau ini luar biasa. Saya? Belum tentu bisa ikhlas menyedekahkan 1/3 bagian dari rezeki, apalagi sampai melakukannya setiap hari. Tapi bismillah lah yaa... Tak perlu langsung 1/3 dari penghasilan, 2,5% saja dulu, lalu rutinkan agar menjadi sebuah kebiasaan.
Maka, lakukan saja nasihat manis di bawah ini:
Bila formula 1-1-1 masih dirasa berat karena, ya, siapalah kita dibanding Salman al-Farisi? Maqom-nya beda jauh kan? Nah, mungkin rumus 50-30-20 bisa kita terapkan. Jadi, 50% untuk biaya hidup (makan, listrik, sekolah anak, termasuk cicilan rumah juga), 30% untuk tabungan, 20% sisanya untuk hiburan (misal untuk persiapan jalan-jalan, mudik, belanja baju, sepatu, dan lainnya, termasuk sedekah).
Begitu kira-kira tuntunan Islam dalam mengatur keuangan. Intinya mah, jangan boros, hidup seadanya saja, jangan ngada-ngadain. Jangan lupa juga untuk menabung dan bersedekah. Yang paling penting dari itu semua adalah, selalu ingat sama Allah. Ingat bahwa semua ini hanya titipan, dan kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah Dia titipkan pada kita. So, jangan sombong karena Allah bisa dengan mudah membalikkan keadaan. ❤
*
Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja dan melarang kegiatan meminta-minta atau menggantungkan hidup kepada orang lain. Karena itu, bijak dalam mengatur keuangan, adalah poin penting untuk bisa meraih kemandirian ekonomi. Bagaimanakah tuntunan Islam dalam mengatur keuangan?
1. Menabung
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda : "Simpanlah sebagian dari hartamu untuk kebaikan masa depanmu, karena itu jauh lebih baik bagimu." (H.R. Bukhari)
Dalam hadits lain, "Rasulullah menyimpan makanan untuk kebutuhan keluarga selama setahun." (H.R. Bukhari no 2904 dan Muslim no 1757)
Dari dua hadits di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk menyimpan rezeki yang kita dapatkan untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Jadi, ketika diberi rezeki lebih, sebaiknya jangan terburu nafsu untuk menghambur-hamburkan uang, karena belum tentu di masa yang akan datang kita akan mendapatkan rezeki dengan jumlah yang sama. Untuk itu, berhematlah, menabunglah. Jangan sampai, ketika kita diuji dengan masa "paceklik", kita jadi kebingungan, dan bersusah-susah mencari utangan. Na'udzubillahi min dzalik.
2. Hidup Sederhana
Hidup secara sederhana bukanlah sesuatu yang hina. Islam bahkan melarang umatnya untuk bersikap berlebih-lebihan. Ketika membelanjakan uang, belilah sesuatu sesuai dengan kebutuhan dan bukan berdasarkan keinginan. Artinya, hindarilah membeli sesuatu yang tidak benar-benar kita perlukan. Tapi bukan berarti harus kikir juga, yaa.. Sewajarnya saja.
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Furqon ayat 67; "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, di antara keduanya secara wajar."
3. Kurangi Kebiasaan Berutang
Kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Rezeki bisa datang tiba-tiba, begitu pula dengan musibah. Saat terdesak, tidak ada pegangan, mungkin berutang bisa jadi jalan keluar. Islam memang memperbolehkan utang-piutang dalam keadaan darurat. Namun, harus diingat bahwa utang sebaiknya hanya dilakukan dalam kondisi terdesak/kepepet/terpaksa, dan bukan untuk tujuan konsumtif.
Mengutip muslim.or.id, Umar bin Abdul Aziz berkata,
"Aku wasiatkan kepada kalian agar tidak berutang, meskipun kalian merasakan kesulitan, karena sesungguhnya utang adalah kehinaan di siang hari dan kesengsaraan di malam hari. Tinggalkanlah ia, niscaya martabat dan harga diri kalian akan selamat, dan masih tersisa kemuliaan bagi kalian di tengah-tengah manusia selama kalian hidup." (Umar bin Abdul Aziz Ma'alim Al Ishlah wa At Tajdid, 2/71)
"lebih baik bersusah-susah menyimpan daripada harus susah-susah cari utangan" |
Namun, bagi yang berutang memang karena desakan kebutuhan, dan benar-benar berniat untuk mengembalikan utangnya, insya Allah akan diberi kemudahan oleh Allah dalam membayarnya. Bismillah, yaa... Semoga ke depannya kita diberi rezeki yang lebih baik lagi. Aamiin YRA.
4. Sedekah
Tak akan miskin orang yang menyedekahkan rezekinya di jalan Allah. Jika teman-teman masih ragu bahwa Allah akan melipatgandakan apa yang sudah kita keluarkan, silakan baca-baca kisah "Keajaiban Sedekah". Bukan. Bukan untuk membelokkan niat sedekah kita, tetapi untuk menguatkan niat bahwa berbagi tak akan membuat kita merugi.
Baca: Jangan Takut Berbagi, Banyak Hal Bisa Kita Raih Setelah Kita Ikhlas Memberi
5. Rumus 1-1-1
Untuk teman-teman yang menjalankan bisnis, kalian bisa meniru cara sahabat Nabi yaitu Salman al-Farisi dalam mengelola keuangannya. Metode beliau ini dikenal dengan formula atau rumus 1-1-1. Dengan modal 1 dirham, beliau membuat anyaman dan dijual dengan harga 3 dirham. 1 dirham digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, 1 dirham untuk sedekah, dan 1 dirham sisanya digunakan kembali untuk modal.
Beliau ini luar biasa. Saya? Belum tentu bisa ikhlas menyedekahkan 1/3 bagian dari rezeki, apalagi sampai melakukannya setiap hari. Tapi bismillah lah yaa... Tak perlu langsung 1/3 dari penghasilan, 2,5% saja dulu, lalu rutinkan agar menjadi sebuah kebiasaan.
Maka, lakukan saja nasihat manis di bawah ini:
Saat Allah naikkan level keuanganmu, jangan naikkan level gaya hidupmu, tapi naikkanlah level sedekahmu.
Bila formula 1-1-1 masih dirasa berat karena, ya, siapalah kita dibanding Salman al-Farisi? Maqom-nya beda jauh kan? Nah, mungkin rumus 50-30-20 bisa kita terapkan. Jadi, 50% untuk biaya hidup (makan, listrik, sekolah anak, termasuk cicilan rumah juga), 30% untuk tabungan, 20% sisanya untuk hiburan (misal untuk persiapan jalan-jalan, mudik, belanja baju, sepatu, dan lainnya, termasuk sedekah).
Alokasi Gaji, source: Instagram @zapfinance |
Begitu kira-kira tuntunan Islam dalam mengatur keuangan. Intinya mah, jangan boros, hidup seadanya saja, jangan ngada-ngadain. Jangan lupa juga untuk menabung dan bersedekah. Yang paling penting dari itu semua adalah, selalu ingat sama Allah. Ingat bahwa semua ini hanya titipan, dan kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah Dia titipkan pada kita. So, jangan sombong karena Allah bisa dengan mudah membalikkan keadaan. ❤