Saat ini, Opik (adik saya) sudah semester 7. Sejak 3 tahun
lalu dia tinggal dengan saya di Solo. Melihat Opik yang (semoga sebentar lagi) hampir
lulus kuliah, saya pernah berujar padanya, "Kayane anake bapak sing ora bakal ngrasakke wisuda ki aku thok (sepertinya
anak bapak yang ngga akan pernah merasakan wisuda, hanya aku saja)." Tentu
saja saya mengatakannya sambil menahan air mata. Ya, kakak laki-laki saya, bisa
kuliah segera setelah dia lulus SMA. Mbak Ita (Ika Puspita, blogger pemilik
bundafinaufara.com) akhirnya bisa kuliah saat usianya masuk kepala 3, dan bisa
lulus tepat 4 tahun setelahnya. Sementara saya?
Saya lulus SMA di tahun 2005, saat kondisi keuangan keluarga
sedang parah-parahnya. Saat itu kakak laki-laki saya masih berjuang dengan
Tugas Akhir-nya di UNY. Alhamdulillah, banyak keluarga ibu yang membantu
membiayai, sehingga kakak saya bisa lulus di tahun 2006.
FYI, saya lulus dari sebuah sekolah yang saat itu ranking 3
se-Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Purworejo, SMA yang telah mencetak banyak sekali
orang sukses. Teman-teman blogger pasti kenal Mbak Armita pemilik
armitaconsultant.com, beliau adalah kakak kelas saya.. Dewi Ratnasari alias
Ratna Dewi pemilik ratnadewi.me, adalah teman seangkatan saya. Dan Emanuella
aka Nyonya Malas, adalah adik kelas saya. Hebat-hebat semua kan?
Lulus dari SMA yang terbilang keren, berada di lingkungan
orang-orang beken, sempat membuat saya minder. Saya bahkan pernah menyesal
mengapa saya sekolah di sana dulu. Cuma bikin malu diri sendiri, karena saya
tidak berada di barisan yang sama dengan mereka. Hehe.. Kalau pinter banget sih
ya, bisa nyari beasiswa. Sayangnya, saya termasuk anak yang tingkat
kecerdasannya biasa-biasa saja, hehe...
Karena keadaan ekonomi keluarga pula, saya harus rela menganggur selama dua tahun, dan berpindah dari rumah Bulik yang satu ke rumah Bulik yang lain (dari Madura sampai Bogor). Di Bogor lah kemudian Allah menunjukkan jalan. Saya mulai mengajar (barangkali ada yang mengenal ibu Linda Satibi? Beliaulah kepala sekolah tempat saya mengajar pertama kali).
Dari mengajar itu akhirnya saya melanjutkan kuliah malam di Jakarta, tahun 2007. Jadi, pagi ngajar di Bogor, sore saya kuliah di Jakarta. Pulang tengah malam menjadi hal yang biasa. Alhamdulillah kakak laki-laki saya sudah bekerja, jadi bisa men-support saya juga.
don't lose hope |
Saya mencoba ikhlas meski hati hancur. Saya jadi benci kota
Bogor, benci kota Jakarta. Saya ingin sekali kabur dari semua rutinitas di
sana, lalu pulang. Saya bahkan sempat membatin, andai bisa menarik waktu, biar
saya di rumah saja merawat ibu. :(
Dan pada saat ibu meninggal itu, mantan kekasih yang hilang datang (ngga usah sambil nyanyi juga bacanya :p).
Kami sudah putus hubungan sejak 3 tahun sebelumnya, saat saya mantap berhijab. Sang mantan itu adalah Pak Yopie.
Singkat cerita, setelah melayat ibu saat itu, Pak Yopie mencari saya di Friendster, lalu
di Facebook, lalu tanya apakah saya sudah punya calon suami atau belum. Kemudian segala rangkaian proses itu berlangsung dan akhirnya saya menikah di tahun
2009. Saat itu saya baru semester lima.
Kenapa tidak menunggu
sebentar lagi saja? Tiga semester lagi selesai lho... Jawabannya, saat itu saya sedang sholihah-sholihahnya. Hehe... Saya ingin
menghindari zina, dan juga ingin lebih dekat dengan orang tua. Pak Yopie saat
itu bekerja di Jogja, meski beberapa bulan kemudian kami memutuskan untuk
pindah ke Solo, karena ada tawaran pekerjaan yang lebih baik.
Pilihan untuk menikah cepat-cepat ini sempat saya sesali,
beberapa tahun lalu. Mungkin, mungkin lho ya, ini karena setiap hari saya hanya
bergumul dengan bau ompol, bau bawang, sementara saya nggak punya teman (awal
di Solo kami hanya berdua saja, tak punya teman, tak punya saudara). Saya makin
rendah diri saat membuka facebook dan melihat teman-teman seangkatan sudah
bertransformasi menjadi gadis-gadis yang cantik dengan karir yang baik.
Ya, semua gara-gara fesbuk memang. Haha...
Tapi alhamdulillah, semua kufur nikmat itu sudah berlalu,
dan saya pun semakin paham bahwa semua ada masanya. Saya tak lagi menyesali
pernikahan dan kuliah yang tak sempat terselesaikan. Rupanya, waktu itu, saya hanya butuh teman dan
sedikit kesibukan. Ya, salah Pak Yopie memang, kenapa saya nggak boleh balik
ngajar lagi dan melanjutkan kuliah lagi? Wkwkwk... Nggak ding, saya paham koq
kenapa suami saya melarang ini itu. Alasannya masuk akal semua. Dan suami saya
bukanlah orang yang tidak bertanggungjawab, karena tak hanya pandai melarang
saja, tapi beliau juga mencarikan solusi untuk saya.
Saya mulai waras dan kembali menemukan pintu syukur saat tahun
2013 saya bergabung dalam komunitas menulis di facebook. KEB dan IIDN, adalah
dua komunitas yang menemani saya sejak awal belajar. Facebook tidak lagi
menyuburkan rasa dengki, karena sekarang saya bisa belajar di sini.
kopdar pertama IIDN Solo, Desember 2013 |
Saya mulai mengisi blog yang dibuatkan Pak Yopie ini, walau
tulisan-tulisan saya masih sangat tidak layak untuk dibaca. Saya juga belajar
menulis untuk media cetak, dan di 2014 alhamdulillah saya bisa memetik
hasilnya. Tulisan saya berhasil nongkrong di Jawa Pos, Majalah Ummi, sampai
Femina.
Beberapa kali kopdar dengan teman-teman di komunitas ini,
membuat semangat menulis saya semakin berkobar. Sedikit demi sedikit, rekening
saya mulai terisi. Dan dari uang itu, saya bisa menyisihkan untuk bapak, juga untuk
kuliah Opik. Alhamdulillah lagi, suami saya selalu siap sedia mengantar dan
menemani ke manapun saya pergi.
Saya mulai menemukan kebahagiaan-kebahagiaan yang sebelumnya
saya pikir telah menghilang dari hidup saya. Sebentar, bukan berarti saya tak
bahagia telah menikah dan memiliki anak-anak yaa... Tapi, seperti orang yang
sakit, disuguhi makanan selezat apapun, rasanya tidak ada nafsu untuk
menelannya, bukan? Dulu saya memang “sakit” karena rasa iri dan dengki
menjangkit, tapi insya Allah sekarang sudah sembuh. : )
Kebahagiaan saya bertambah saat bulan lalu, saya diminta
untuk mewakili IIDN Solo tampil di MTA TV. Mungkin orang lain akan berpendapat,
“Heleh, Cuma MTA TV aja koq...” Tapi, buat saya ini tetap luar biasa rasanya.
Persiapan sebelum live. Foto dari Mbak Hana Aina. |
Sehari jelang live di TV tersebut, saya menelepon bapak.
Saya bilang pada beliau, kalau besok insya Allah saya akan live MTA TV. Bapak
langsung menjawab, “Ha? Ning TV? Yo sesuk tak tontone.. Jam piro?” Bapak
semangat sekali. Alhamdulillah, di rumah bapak ada parabola, jadi MTA TV bisa
dinikmati di sana.
Oya, tampil mewakili IIDN Solo, bukan berarti saya hebat lho
yaa.. Waktu-lah yang hebat, karena ia yang membuat ibu-ibu hebat lainnya
berhalangan hadir, hihi... Acara ini memang ditayangkan live di hari kerja,
jadi saya yang pengangguran yang ketiban
sampur-nya.
Pasca live di MTA TV. |
Setelah acara itu berlangsung, bapak menelepon. Beliau tampak senang, dari banyaknya tawa yang terdengar. Dalam hati terucap, “Ini anakmu pak, yang nggak lulus kuliah, dan belum sempat mencicipi rasanya memakai toga.”
By the way, foto-foto yang terpampang di sana adalah
foto-foto dari HP Mbak Hana Aina. Saya sempat ambil foto pakai HP saya sih,
tapi koq gelap fotonya. Hiks... Selain itu, problem lainnya adalah memori
handphone saya ternyata udah penuh. Pas motret lokasi studio TV, tiba-tiba ada warning yang muncul, “Ruang Penyimpanan
Hampir Habis,” gitu. Sedih banget deh...
Salah saya juga, saya lupa memindahkan foto-foto ke komputer
sebelum berangkat ke sana. Biasanya, sebelum berangkat ke suatu acara, saya
mengosongkan memori HP dulu, supaya bisa puas motretnya. Tapi waktu itu, karena
buru-buru juga, saya lupa melakukannya.
Kejadian yang sama juga terjadi saat saya menghadiri BloggerGathering di Transmart Solo beberapa waktu lalu. Saat saya meminta Mak Wied
(pemilik ibusegalatau.com) untuk memfoto saya dengan HP milik saya sendiri, Mak
Wied nyeletuk, “Mak, ini koq ada tulisan 'ruang penyimpanan hampir habis'?” Iiiih,
padahal baru beberapa jepretan doang. :(
Duh, jadi ingin ganti handphone deh. Bukan, bukan karena
tidak bersyukur dengan yang ada saat ini. Tapi, handphone dengan performa yang
bagus, tentu akan menunjang hobi saya nge-blog, kan? Apalagi kalau sedang ada
event atau liputan, kan butuh foto-foto juga untuk dokumentasi. Jujur, saya
ingin memiliki handphone dengan spec seperti
Huawei Nova 3i.
Kenapa Huawei Nova 3i?
STORAGE BESAR
Huawei Nova 3i, kata teman-teman blogger, memiliki storage
HP paling besar di kelas smartphone mid end saat ini.
Berapa emangnya? 128GB, lhooo... Masya Allah... Dan kalau masih
dirasa kurang, bisa ditambah microSD
sebesar 256 GB. Luar biasa kaaan? Tanpa microSD aja, storage-nya udah 10 kali
lipat dari storage HP saya sekarang. Wkwkwk...
KAMERA KECE
Huawei Nova 3i memiliki kamera yang diperkuat AI (Artificial Intelligence atau kecerdasan
buatan). Dengan teknologi AI ini, Huawei Nova 3i memiliki keunggulan, seperti mendeteksi
obyek dengan lebih baik. Jadi, meskipun kita nggak jago motret, hasil fotonya
nggak akan bikin sakit mata, hehe..
Buat temen-temen yang doyan selfie atau groufie (selfie-nya
bareng-bareng gitu, segrup, wkwkwk), kamera depan Huawei Nova 3i ini saya rasa
sangat lebih dari cukup. Bayangin, HP saya ada dua kamera, tapi depan dan
belakang. Nah, Huawei Nova 3i ini kamera depannya ada dua, 24 MP + 2 MP. Bayangkan, bakal se-ahli
apa selfie-mu nanti, hihi...
Memang, Huawei Nova 3i ternyata adalah pioneer-nya quad
kamera. Jadi kameranya ada empat. Empat, kawan-kawan. Dua di depan (24 MP + 2
MP), dan dua di belakang (16 MP + 2 MP). Fitur Huawei Nova 3i ini memastikan bahwa
foto yang kita ambil hasilnya akan mengesankan dengan kejernihan yang tinggi
dan efek bokeh yang maksimal.
Huawei Nova 3i |
DESAIN YANG KEREN
Siapa yang seperti saya, memilih handphone dari penampakannya?
Huawei Nova 3i memiliki 3 warna cantik yang bisa dipilih; Black, Iris Purple
dan Camaro.
Corak warnanya yang indah di kaca belakang dan bingkai metal
yang terletak di tengah, juga layar 6,3 inch FHD+ (2340 x 1080) membuat Huawei
Nova 3i tampak elegan sekali. Saya jadi ingin memegang benda ini.
Tak hanya punya 3 kelebihan di atas, buat teman-teman yang
suka main game, seperti PUBG atau Mobile Legend, Huawei Nova 3i ini diperkuat dengan GPU Turbo untuk kemampuan
gaming. GPU Turbo ini diklaim mampu meningkatkan efisiensi pemrosesan
grafis hingga 60% dan mengurangi konsumsi daya hingga 30%. Jadi tak masalah
meski dipakai untuk bermain game berat.
Huawei Nova 3i |
Huwaaahhh, semoga tak lama lagi impian saya untuk bisa
memiliki Huawei Nova 3i ini bisa terwujud. Aamiin YRA. Bantuin doa ya
teman-teman... Yang ikut mendoakan, saya doakan pula semoga segala impiannya
bisa terwujud. Aamiin YRA. ❤❤❤