take and give. berbuat baiklah, dan jangan mengharap balasan. |
Beberapa waktu lalu, saya sempat
membuat IG story tentang ibu kost. Saya cerita bagaimana baiknya beliau pada
saya saat menjadi anak kost-nya. Ada yang baca ngga? Engga? Duh.. makanya
follow instagram @arinta.adiningtyas dong..xixixixi..
Intinya, saya "beberkan
perbuatan" beliau yang bikin saya ngga enak cuma bayar 300 ribu sebulan
(tahun 2009-2010). Saya pernah tulis juga di blog ini
sih, judulnya: Ibu Kost
Terbaik Sedunia
Nah, sempat tuh ada yang membalas
story saya dengan begini:
Iya memang, banyak
"ketidakberuntungan" yang terkadang membuat saya berandai-andai
menjadi orang lain. Tetapi, alhamdulillah saya sering dibuat "sadar",
saya masih sering diingatkan untuk bersyukur bahwa meski dikelilingi
keterbatasan, kemahabaikan Allah masih sangat amat sering saya rasakan. Salah
satunya lewat ibu kost tadi.
Nah, kali ini, berkolaborasi
dengan #bloggerKAH, saya ingin menuliskan kebaikan-kebaikan yang dulu pernah
saya terima dari orang lain. Kenapa sih kok harus ditulis? Supaya saya tidak
lupa, dan supaya saya selalu ingat untuk senantiasa bersyukur. Kalau sudah
dimudahkan untuk bersyukur, insya Allah tidak mudah mengeluh. Ini ada kaitannya
dengan “Heart Field” yang pernah saya tulis yaa...
Yang tidak saya tulis di sini,
bukan berarti saya lupa yaa.. Tetapi, biar nggak bosan bacanya, saya pilih
beberapa contoh saja. Insya Allah, semua orang yang pernah berbuat baik pada
saya, saya ingat selalu, karena saya pernah membaca tulisan seperti ini: Yen awakmu gawe becik marang liyan, tulisen
ing pasir. Yen wong liya gawe becik marang awakmu, tulisen ing watu.
Intinya, jika berbuat baik pada
orang lain, segeralah hapus dari ingatan. Tapi jika kita mendapat kebaikan dari
orang lain, pahatlah kebaikan itu dalam kenangan. Sepakat ya?
Nah, ini beberapa kebaikan yang
pernah saya alami;
1. Anggi (Elvira Ardiputri Anggraeni), membantu saya memasang rantai
sepeda saat SMP dulu.
Dulu saat masih SMP, tiap
berangkat sekolah, saya selalu lewat depan rumah Anggi. Anggi adalah seorang
anak tentara, teman sekolah saya. Meski satu angkatan, tapi saat itu saya belum
kenal dia. Saya baru mengenalnya setelah kami satu kelas saat SMA.
Suatu hari saat akan berangkat
Pramuka, tiba-tiba rantai sepeda saya lepas, persis di depan rumah Anggi.
Kebetulan, saat itu Anggi ada di depan rumah, bersiap untuk berangkat juga.
Alhamdulillah, Anggi membantu
saya memasang rantai sepeda yang lepas itu. Tapi hebatnya, ketika saya ingatkan
lagi peristiwa itu beberapa waktu yang lalu, dia tidak ingat sama sekali. Woow..orang baik
memang kayak gitu. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu. ☺❤❤❤☺
---
Oya, omong-omong soal rantai,
beberapa waktu lalu, Opik (adik saya) juga mengalami kejadian serupa. Bedanya,
yang Opik alami adalah putusnya rantai sepeda motor. Saat itu dia baru pulang
kuliah selepas maghrib.
Sore itu sekitar bulan Februari,
hujan turun cukup deras hingga membuat listrik padam. Karena listrik padam,
sementara baterai handphone saya hampir habis, saya pun mematikan handphone
saya. Kebetulan lagi, Mas Yopie baru pulang dari Magelang dan Jogja, jadi saya
fokus menyambut beliau, dan sedikitpun tidak terpikirkan Opik yang belum
pulang.
Tak dinyana, Opik ternyata
menghubungi saya berkali-kali. Ya Allah, jika mengingat kejadian sore itu, saya
langsung terbayang bagaimana gundahnya Opik, malam-malam, gelap, hujan, motor
rusak, dan dia masih cukup jauh dari rumah.
Alhamdulillah, datang seorang
bapak berhati baik yang dikirimkan Allah SWT untuk membantu Opik. Bapak-bapak
itu membantu Opik sampai rumah dengan menarik motornya memakai tali. Dan karena
talinya sempat putus, Alhamdulillah, ada satpam di sebuah perumahan yang mereka
lewati, berbaik hati memberi mereka tambang.
Tau tidak, bapak itu berasal dari
Sragen, masih cukup jauh dari rumah, tetapi beliau berkenan membantu Opik, dan
menolak ketika kami ingin memberi selembar uang sebagai tanda terima kasih.
“Jangan nilai apa yang sudah saya
lakukan tadi dengan uang, Mas (Mas Yopie). Saya ikhlas, lillahi ta’ala, ingin
menolong mbaknya. Saya ini seorang bapak, anak saya juga hidup di jalanan
(putranya baru lulus SMK dan sudah bekerja di Jakarta). Saya berharap, dengan
saya membantu mbaknya, Allah juga membantu anak saya kalau ada kesulitan di
sana.” Begitu kira-kira alasan si bapak.
Sayangnya, beliau lupa berapa
nomor teleponnya. Kami juga tidak tau bagaimana wajah beliau, karena kondisi
malam itu gelap, hanya diterangi cahaya lilin. Mas Yopie sih sempat memberi
kartu nama, tapi hingga saat ini beliau belum menghubungi kami. Semoga Allah
pertemukan kami kembali. Dan semoga beliau juga selalu diberi perlindungan
illahi. Aamiin.
tolong-menolong |
2. Seorang bapak melindungi saya dari pengganggu di KRL.
Hidup di ibu kota itu berat,
untuk saya yang sejak kecil tumbuh dalam lingkungan yang penuh kedamaian dan
ketentraman. Saya terbiasa berbaik sangka pada setiap orang, karena orang-orang
di sekeliling saya memang baik-baik.
Tapi suatu hari, keramahan saya
disalahgunakan.
Sore itu, seperti biasa saya
menunggu KRL yang akan membawa saya dari Cilebut menuju Pasar Minggu, sambil
membaca al-ma’tsurat. Daripada bengong, lebih baik berdzikir kan ya...
Tiba-tiba seseorang menyapa. Dia
kemudian bertanya, kereta menuju Jakarta ada di jalur mana? Saya jawab, “yang
utara, Pak.” Beliau kemudian bercerita ngalor gidul, saya mendengarkan.
Tak berapa lama, kereta yang saya
tunggu pun tiba. Saya segera masuk, diikuti orang itu. Karena tidak mendapat
tempat duduk, saya pun berdiri. Orang itu berdiri di samping saya. Begitu
kereta melaju, dia menawarkan charger yang ia punya untuk saya beli. Karena
saya tidak membutuhkan charger seperti yang ia miliki (semacam kabel yang
bentuknya entah, saya juga ragu apakah itu charger betulan), ditambah harga
yang ia tawarkan teramat mahal untuk kantong mahasiswa macam saya yang harus
bekerja di pagi harinya, saya pun menolaknya dengan halus. Namun, orang ini
terus memaksa saya untuk membelinya. Saya sampai risih.
Alhamdulillah, seorang
bapak-bapak baik membantu saya. Beliau menyuruh saya pindah ke gerbong lain (kebetulan
saya berdiri di dekat rangkaian gerbong itu lho, yang menghubungkan satu
gerbong dengan gerbong lainnya), kemudian beliau menghalangi si bapak yang tadi
memaksa saya membeli charger itu, karena si bapak mau mengikuti saya lagi.
“Lu di sini aja, jangan ganggu
orang. Beraninya sama perempuan!” kata bapak-bapak yang baik itu.
Alhamdulillah, Allah masih menolong saya dengan mengirimkan orang lain yang
tidak saya kenal sama sekali. Sampai saat ini, jika mengingat beliau, saya
selalu berdo’a semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan untuknya, juga
untuk keturunan-keturunannya. Aamiin...
---
Ih, baru juga tiga cerita, tapi
tulisannya sudah sepanjang ini. Ini belum cerita tentang kebaikan Mbak Ran yang
suka membantu saya mengisi google form kalau lagi ada job, juga Mbak Widut dan
suaminya yang membantu saya ngutak-atik blog ini lho. Belum lagi
kebaikan-kebaikan Om, Bulik, saudara, juga para sahabat lainnya.
Dan kalau ditarik benang merah, sebenarnya kebaikan-kebaikan itu ada karena apa sih? Ya, karena hati-hati kita masih dipenuhi rasa cinta. ❤❤❤
love. coffee. from kayusirih.com |
Tapi meski saya tak menuliskan
semuanya, insya Allah saya ingat selalu kebaikan kalian. Dan insya Allah tiap
saya mengingatnya, saya berdoa semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan
kebaikan yang berlimpah pula. Aamiin YRA. J
Baca cerita kebaikan Mbak Widut
di Pensiun
yang Tertunda dan Murid Berkebutuhan Khusus juga cerita kebaikan Mbak Ran
di Kejutan di Balik Kebaikan Kecil. ❤❤❤