Menjadi seorang Mama sejak hampir 6 tahun belakangan, saya
belajar banyak hal, meskipun belum semua ilmu parenting saya kuasai dengan benar.
Saya belajar cara bernegosiasi, meski seringnya berakhir dengan nada yang meninggi. Saya
belajar untuk bisa begadang, padahal biasanya saya tidur pulas saat malam
menjelang. Saya belajar untuk jadi pemberani, padahal sebelumnya dengan kecoa
saja takut setengah mati. Dan masih banyak belajar-belajar lainnya, yang saya
tak sempat menuliskannya. Tak sempat atau tak ingat yaa.. Ya itulah pokoknya.
Setiap kali selesai memarahi si sulung, saya minta maaf,
memeluk dan kemudian berjanji untuk lebih sabar lagi esok hari. Setiap kali tersadar telah mengabaikan si bungsu, saya
sering menyesal, dan berjanji bahwa esok akan lebih memberi perhatian lagi. Dan yaa..janji terkadang tinggal janji saja. Esoknya saya
masih susah mengontrol emosi, masih sibuk dengan jari-jemari mengetik sana
sini. Mata memandang mereka tapi pikiran melayang entah kemana. Internet memang luar biasaaa pengaruhnya.
Saya terlena, hingga penyesalan selalu datang setelah semua terjadi. Saya terlupa, hingga harus diingatkan lagi, setiap hari.
Dan ketika Kopdar bareng ibu-ibu IIDN, Mba Ety Abdoel menyampaikan materi tentang "Internet Baik", saya seperti tertampar. Detik itu juga saya berjanji untuk berusaha "puasa digital". Saya mesti membagi waktu dengan benar, kapan boleh pegang HP, dan kapan harus pegang anak-anak.
Sekarang Amay sudah 6 tahun, sudah pandai membaca. Dia terkadang browsing tentang binatang-binatang yang ia ingin tahu populasinya, habitatnya, makanannya, dll. Dia juga sering meminta tolong pada saya untuk mencari kata ini-itu dalam bahasa Inggris, bahasa yang sedang digandrunginya selain bahasa Jepang. Dan begitu dia tahu bahwa google translate itu bersuara, dia terkekeh, takjub, dan makin penasaran dengan yang lainnya.
Saya tidak boleh lengah sekejap mata pun, jika Amay sudah memandangi layar, baik layar HP maupun layar monitor. Karena seperti mata pisau, internet bisa membantu kita, namun juga sekaligus bisa membuat celaka. Mencegahnya menggunakan internet saya rasa tidak benar juga, karena khawatirnya nanti dia penasaran dan mencobanya secara diam-diam. Membiarkannya berselancar tanpa pengawasan juga sama halnya dengan mendorongnya ke jurang. Jadi saya memilih untuk memperkenalkan internet yang BAIK. Bertanggungjawab - Aman - Inspiratif - Kreatif.
by Ety Abdoel |
Saya lalu ingat lagi tulisan Mak Mutia Elisa Karamoy tentang Menghapus Jejak Digital. Kalau anak-anak bisa kita dampingi saat mereka bermain di dunia maya yang belum sepenuhnya dimengerti oleh mereka. Lha kalau kita? Kita ini terkadang permisif pada diri sendiri. (Meminta anak untuk bersabar, tapi kita sendiri sering kehilangan kesabaran. Kan bertolak belakang ya...) Termasuk ketika melarang anak-anak melihat yang tidak-tidak, tapi diri sendiri malah membuka yang tidak-tidak. Hayoo, siapa? Semoga yang baca tulisan ini TIDAK termasuk di dalamnya yaa..
Kalau udah terlanjur gimana? Salah satu saran Mak Mutia Karamoy adalah, clear history. Selanjutnya bertobat lalu tidak melakukannya lagi. Zina mata, woy!
Nah, beruntung juga di facebook ada facebook on this day yaa.. Yaitu penanda atau pengingat memori, bahwa di tanggal dan bulan ini, di tahun-tahun sebelumnya, kita telah menjejak di dunia maya. Adakah yang seperti saya, suka menghapus memori-memori yang tak penting? Ketika ketinggalan KRL saja jadi bahan curhat di dunia maya? Hihihi...
yeaayy udah dihapus memori facebooknya |
Jadi, mulai sekarang tahan diri yuk, contohkan pada anak-anak kita. Kalau terlanjur membuat "memori", pilih yang sekiranya bermanfaat, hapus yang sekiranya membawa mudharat.
Sedekat apapun media sosial dengan kita, dia bukanlah teman baik yang pandai menyimpan rahasia.