Hari ini Amay pulang awal dari sekolah. Dan kebetulan saya sedang agak selow karena urusan memasak sudah beres di tangan tante Opik. Jadi, mau ngapain kita hari ini?
Berhubung anak-anak (Amay dan Aga) masing-masing sudah memegang crayon dan kertas, ya sudah, kita menggambar saja yaa... Tapi, menggambar apa?
Lalu tiba-tiba "tring", muncul bohlam di atas kepala. Kita bikin pict-book yuk. Pictorial book alias buku bergambar gitu. Yaa, pict-book ala-ala lah...
Idenya? Aha, saya kan punya satu cernak andalan. Iya, andalan, karena baru 1 itu saja cerita anak karya saya. Pasti bisa nebak deh, hihi, yoiii...yang dulu pernah keluar jadi juara HARAPAN 2 (mesti pake capslock karena emang bener-bener cuma harapan, tapi bangganya ampun-ampunan) di Nusantara Bertutur 2 tahun lalu. *2 tahun lalu boook, dan gak nambah-nambah >_<
Dan memang karena ini bener-bener satu-satunya karya yang saya punya, saya hapal dong jalan ceritanya, meski saya ngga pegang karya aslinya. Yaa, beda-beda dikit kalimatnya ngga apa-apa lah ya, yang penting jalan ceritanya masih sama. Namanya juga spontanitas alias dadakan, ya 'kan? *wehehe, dadakan, kayak tahu bulet aja, gorengnya dadakan, lima ratusan. :D
Jadi kali ini, saya yang menulis naskahnya, Amay sebagai ilustratornya. :)
(Sebelumnya, khawatir tulisan tangan saya ngga kebaca, jadi saya salinkan saja. Maklum, sambil momong Aga. ^_^)
IPUNG BELAJAR BERSYUKUR
1. Ada seekor kupu-kupu bernama Pupu. Ia dan Ipung sahabatnya, terbang ke sebuah taman. (Pada Amay saya menginstruksikan untuk menggambar kupu-kupu dan capung yang sedang terbang di area taman. Jika mewarnainya masih kurang rapi, mohon dimaklumi yaa, hihi... Amay lebih piawai menggambar dengan pulpen. Dan maaf, mata kupu-kupu dan capungnya tak terlihat. :p)
2. Di taman, mereka melihat anak-anak yang sedang berlari. Ipung si capung berkata, "Bahagianya menjadi manusia, mereka memiliki kaki untuk berlari."
Pupu menyahut, "Kita harus bersyukur, Pung. Kita bisa terbang, sedangkan mereka tidak."
(Di cerpen aslinya kalau tidak salah, ada adegan salah satu anak berkata pada temannya, "Aku ingin bisa terbang seperti kupu-kupu dan capung itu." dan itu membuat Ipung si capung merenung.)
Oya, saat menggambar ilustrasi halaman ke 2 ini, Amay sempat ragu menggambar anak-anak yang sedang berlari. Tapi ternyata hasilnya, bagi saya, lumayan lah yaa.. :D
"Lihat Pu, anak ini menggambarmu. Dia tidak suka padaku. Sayapmu memang indah dan berwarna-warni, tak seperti punyaku." kata Ipung sedih.
(Pada cerita di halaman ini, saya meminta Amay menggambar seorang anak yang sedang melukis. Ternyata, Amay mengerti apa yang saya mau. :D)
4. Pupu berusaha menghibur sahabatnya itu. Ia berkata, "Pung, Tuhan menciptakan kita dengan kelebihannya sendiri-sendiri. Kamu pun punya kelebihan, hanya saja kamu belum menemukannya."
Ipung terdiam, mencerna kata-kata Pupu.
Tiba-tiba sebuah benda dengan suara keras melintas di atas mereka.
5. "Benda apa itu?" seru Ipung. "Ayo kita kejar!" Ia pun langsung melesat pergi tanpa menunggu Pupu. Pupu pun berusaha mengejar Ipung meski terengah-engah.
Ternyata benda itu berhenti di sebuah lapangan. Ipung berhenti memandanginya dari jauh. Pupu menyusul kemudian, "Duh...Ipung, terbangmu cepat sekali. Aku kelelahan." ujar Pupu mengeluh.
(rasanya pengen lihat naskah aslinya, lalu saya edit lagi kalimat-kalimat ini. :v)
6. "Itu apa ya, Pu?" tanya Ipung penasaran.
"Itu namanya Helikopter." jawab Pupu. "Ohya, aku baru ingat. Coba lihat bentuknya!"
Ipung menuruti perintah Pupu, namun masih belum mengerti.
"Bentuk Helikopter mirip dengan bentuk tubuhmu, 'kan?" tanya Pupu.
"Wah, iyakah? Sepertinya memang begitu. Tapi mengapa dia meniru bentuk tubuhku?" Ipung semakin penasaran.
Pupu pun menjelaskan, "Karena terbangmu cepat, Pung. Manusia ingin bisa cepat sampai ke tempat tujuan."
Ipung mengangguk tanda mengerti.
"Sekarang percaya 'kan, kalau tiap makhluq mempunyai kelebihan sendiri-sendiri?" tanya Pupu. (seharusnya ada tambahan. "Tubuhku memang berwarna-warni, tapi aku tidak bisa terbang secepat dirimu.")
"Iya Pu... Sekarang aku akan lebih bersyukur. Terima kasih, Pu..."
Ipung dan Pupu pun menyatukan sayap mereka kemudian terbang bersama.
*halaman 6 belum dibuat ilustrasinya karena Amay sudah lelah. :v
Yah, jadi begitulah kegiatan kami seharian tadi. Acara menggambar ini diselingi dengan kegiatan menggoreng mendoan dan meninabobokan Dek Aga. :D
Semoga, kita jadi lebih pandai bersyukur, dan semogaaa, kami berdua benar-benar bisa membuat pictorial book bersama-sama. Aamiin... :)