Hai Hai... Memasuki hari ke 6 di bulan Februari, sepertinya hujan sehari-hari sudah bukan di Januari lagi ya? Hehe, secara sudah seminggu ini hujan turun membasahi kota ini. Alhamdulillah... :)
Hujan-hujan memang enaknya makan, hihi... Nah, hari minggu lalu, di penghujung Januari kami pergi ke sebuah tempat makan yang cukup terkenal di Solo.
Solo itu terkenal dengan angkringannya. Jadi, pilihan paling gampang kalau ingin mengajak teman atau keluarga untuk makan, ya Angkringan. Beberapa tahun terakhir, Angkringan yang menjual "suasana" mulai menjamur di kota bengawan ini. Salah satunya adalah Cafe Tiga Tjeret.
dengan Miss Fety dan suaminya. |
Maka dari itu, ketika sahabat saya dari Bogor datang, kami langsung terpikir untuk mengajak kesana. Selain menyediakan tempat yang luas dan nyaman, makanan yang ditawarkan pun enak-enak.
Baca juga: Momen Manis di Eskrim Tentrem Solo
alat tempur suaminya Ms Fety oke banget deh buat narsis :D |
Berbeda dengan angkringan pada umumnya, Cafe Tiga Tjeret menyediakan tempat yang luas, nyaman dan terkonsep. Gaya "nyentrik" sudah terlihat dari interiornya. Begitu kita masuk halamannya, pasti kita akan terpesona dengan lampu-lampunya, kursi dan mejanya, hingga dindingnya yang sungguh "nyeni".
dengan keluarga saat ultah Aga yang pertama |
Oiya, meja yang kami tempati itu sebenarnya adalah dua buah mesin jahit tua yang dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi meja yang panjang. Unik kan? Di lantai dua, bahkan kursinya merupakan recycle dari krat-krat minuman.
Meskipun di dua kesempatan di atas kami selalu mengambil posisi di bagian belakang, tapi sebenarnya di bagian depan tempat duduknya tidak seperti ini lho... Ini karena jumlah pasukan kami banyak, sehingga kami memilih meja yang panjang dengan kursi yang banyak juga. Di bagian depan cafe ini, tersedia juga tempat duduk yang asik dengan payung sebagai pelindung dari panas dan hujan.
Alhamdulillah, kumpul keluarga |
Untuk anak-anak, tersedia juga ayunan cantik. Hehe...saya juga sering naik ayunan ini sih, tapi kalau sedang sepi saja. Kalau pas rame, malu euy... ^_^
Di belakang ayunan itu terdapat mushola kecil. Jadi tak perlu khawatir terlewat waktu shalat yaa.. Toiletnya pun lumayan bersih. Saya biasa ke toilet untuk berwudhu, karena tempat wudhu di dekat mushola ini terbuka.
Udahan dulu yaa ngomongin soal bangunan fisiknya. Sekarang waktunya kita bahas makanan disana. *cleguk
Angkringan itu identik dengan menu nasi kucing, ya 'kan? Di cafe tiga tjeret ini tersedia berbagai macam menu nasi kucing. Ada nasi kucing dengan lauk oseng tempe dan bandeng, yang memang lazim ada di setiap angkringan. Ada juga nasi rica bebek, ini favorit saya - dan sepertinya favorit pengunjung lainnya juga, karena sering banget kehabisan.
nasi kucing |
Varian lainnya adalah nasi granat (dari kikil) - siap-siap yaa, pedasnya mancaaaap. Kalau nggak kuat pedas, mending jangan coba deh, hehe.. Lalu ada nasi kucing sapi lada hitam (nasi kucing apa nasi sapi sih? :p), ini juga enak. Nasi-nasi itu dibedakan dari cara membungkusnya.
Nah, kira-kira kamu mau coba yang mana?
aneka gorengan |
Selain nasi kucing, ada juga aneka gorengan dan lauk-pauk. Banyak banget deh pilihannya. Ini sih cuma sebagian aja yang sempat terdokumentasi, hehe...
Minuman yang ditawarkan pun macam-macam. Kalau suami saya biasanya pesan teh kampul (teh yang diberi irisan jeruk nipis) atau wedang uwuh. Mau minuman tradisional seperti beras kencur juga ada; bisa pilih antara es (dingin) atau wedang (panas). Ngga usah khawatir, menu milkshake dan jus-jusan juga ada koq. Banyak pilihan deh pokoknya. :D
menu angkringan |
Nah, soal harga, ini sih relatif yaa... Kalau dibandingkan dengan angkringan-angkringan yang biasa kita temui di pinggir jalan, jelas sedikit berbeda. Tapi jika dilihat dari suasana yang ditawarkan, kebersihan dan kenyamanan, serta banyaknya pilihan makanan yang disediakan, maka harganya masih masuk akal. :)