Kali ini mau cerita tentang Mukena Zakizakia, sebuah brand
mukena kepunyaan sepupu suami saya. Kenapa sih koq pengen banget ngomongin
tentang mukena?
Mukena Cantik Zakizakia |
Jadi gini ceritanya…
Suatu hari di bulan Syawal, saya yang sedang berlebaran di kampung
halaman suami, bersilaturrahmi ke beberapa saudara. Karena sudah masuk waktu
ashar, saya minta ijin untuk numpang shalat. Tadinya sih mau cari musholla,
supaya tidak merepotkan tuan rumah. Tapi, tuan rumah malah menawari untuk
shalat disana. Saya pun dipinjami sebuah mukena.
Begitu saya pakai, saya merasa
nyaman dan langsung jatuh cinta. Pertama karena bahannya yang adem, kedua dan
selanjutnya adalah karena tidak menerawang, pas di muka (nggak kedodoran), juga
motifnya yang cantik. Belakangan saya mendapatkan kelebihannya yang lain, yaitu
harganya yang miring. Harga mukenanya miring banget. Apalagi setelah saya bandingkan dengan
harga-harga mukena dengan bahan yang sama, yang dijual di online shop – online shop
yang berseliweran di Instagram. Asli, selisih harganya bisa mencapai 30 ribu,
bahkan sampai 100 ribu.
contoh motif mukena |
Ketika pulang, ternyata Mama mertua mengajak kami mampir ke
sebuah ruko. Disitulah mukena itu diproduksi. Oh, saya baru tahu kalau sepupu suami
saya itu punya usaha konveksi. Tidak hanya mukena sebenarnya, ada jilbab dan
pakaian-pakaian muslimah juga. Saya pun langsung memburu mukena yang saya pakai
tadi. Namun sayang, mukena yang saya cari sudah habis sebelum lebaran, dan saat
itu mereka masih libur lebaran sehingga belum mulai produksi lagi.
Saya pun tergelitik untuk mewawancarai Teh Kiki, nama sepupu
suami saya tadi. Tapi yah, wawancaranya masih taraf abal-abal, hehe..
Dari tanya jawab itu, saya akhirnya tahu kalau ternyata
bisnis di bidang ini bukanlah hal yang asing bagi Teh Kiki, karena orang tua
dan kakaknya juga menggeluti bidang ini. Teh Kiki memulainya setelah lulus
kuliah, dengan modal awal dan pemasaran yang masih ikut dengan bisnis konveksi
sang kakak, Rosy Collection.
motif mukena yang sedang dipersiapkan |
Teh Kiki sendiri sebenarnya sempat bekerja di sebuah bank,
namun ia memutuskan untuk resign, kemudian memulai bisnisnya lagi. “Untuk
mukena ini, saya punya brand sendiri, Zakizakia,” begitu katanya. Nama ini
diambil dari nama panjangnya, Kiki Zakiah.
Selain mukena, kerudung modern (pashmina) dan pakaian
muslimah pun mulai ditekuni. Pesanan pakaian yang datang kebanyakan adalah
pakaian-pakaian pesta, juga pakaian-pakaian bergaya hijabers. Sayangnya, ia
agak kesulitan mencari penjahit untuk produk-produk pakaian seperti ini.
pakaian muslimah produksi zakizakia |
Teh Kiki memilih memperbanyak produksi jilbab selain mukena,
karena menurut pengalamannya, perputaran uangnya lebih cepat. Biasanya yang
banyak dicari adalah jilbab instan. Konsumennya sendiri banyak dari luar Jawa,
Bandung, juga Jakarta. Sampai saat ini, Teh Kiki memiliki enam orang karyawan/tukang
jahit. “Kalau di Teh Ros mah udah banyak, ga tau berapa, hehehe…” sambungnya
merendah, dengan logat Sundanya.
Sayangnya, ketika ditanya soal omset, Teh Kiki belum bisa
menjawab dengan pasti. “Kalau masalah omset, belum rapi dibukukan. Masih
belajar untuk manajemen keuangannya.”
Walau begitu, saya salut dengannya. Jarang sekali anak-anak
muda yang memilih untuk membuka usaha sendiri. Kebanyakan lebih memilih untuk
menjadi karyawan. Keputusan Teh Kiki untuk resign dari bank tempatnya bekerja
juga patut diacungi jempol. Ia lebih memilih berkutat di pasar, memilih kain
sambil berpanas-panasan, berhubungan dengan tukang becak dan pedagang-pedagang
pasar. Ini berbanding terbalik dengan ketika ia bekerja di ruang ber-AC,
bertemu dengan nasabah yang wangi, berangkat kantor dengan pakaian rapi.
Passion lah yang membuatnya berbalik arah. Tapi biasanya,
orang yang sukses itu yang tahu tujuan, tahu kemana langkah kaki harus
digerakkan. Semoga, pilihannya menggeluti bisnis ini tak hanya menjadi jalan
rezeki untuknya sendiri, namun juga bagi orang lain. Aamiin…