Ada yang menarik yang tersembunyi diantara belasan pantai indah di Jogjakarta
Bicara soal pantai, jika ditanya pantai apa yang terletak di Jogja, sudah bisa dipastikan yang terlintas pertama kali ada pantai parangtritis. Mungkin ada pula yang menjawab pantai Drini, Kukup, atau Indrayanti. Padahal, pantai di Jogja banyak sekali jumlahnya. Dan kali ini saya akan bercerita tentang pantai yang belum banyak terjamah di Jogja, yaitu Pantai Watukodok di Gunung Kidul yang pernah saya kunjungi.
14 Januari 2014 lalu, saya dan Amay diajak suami untuk mengunjungi kolega disana. Kebetulan, studio tempat suami bekerja dipercaya untuk membantu pengerjaan desain Ocean of Life Indonesia (OLI) yang terletak di Watukodok, Gunung Kidul.
Turun di stasiun Lempuyangan-Jogja, kami dijemput oleh Mba Ani, Mas Bintang, juga kedua putrinya, Sang dan Ken. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih dua jam. Dengan jalannya yang berkelak-kelok, saya tidak merasa pusing karena pemandangan di tiap tepi jalannya selalu menarik. Hijau. Ahh, memangnya berapa lama saya tinggal di kota ya? Hehe..
Ocean of Life sendiri ada dua, satu di Indonesia, dan yang lainnya ada di Swiss. OLI, Ocean of Life Indonesia, sebagai tempat untuk meneliti dan mempelajari semua tentang laut, sedangkan Ocean of Life yang berada di Swiss lebih banyak melakukan penghimpunan dana charity dari donatur-donatur untuk pengembangan infrastruktur center.
Dua jam pejalanan menuju OLI sama sekali tidak membuat lelah, karena begitu masuk ke gang, mata kita langsung disuguhi laut selatan. Subhanallah, berulang kali saya memuji hasil karya-Nya.
Sampai disana, kami berkenalan dengan Mas Thomas, yang tugasnya mengurusi permakultur. Ada juga Mas Gatot yang jago fotografi. Mas Gatot ini peneliti biota laut. Ada guyonan yang dilontarkan Mba Ani, "Karena belum bisa berenang, Mas Gatot hanya menyelam di kedalaman 20cm." dan itu membuat saya terpingkal-pingkal. Kata Mba Ani lagi, tiap laut surut Mas Gatot langsung meluncur kesana, malam sekalipun. Bahkan, Mas Gatot berhasil menemukan beberapa spesies yang di LIPI pun belum bernama.
Selesai melihat sana-sini, Sang dan Ken mengajak saya dan Amay ke pantai. Kata mereka kami beruntung, karena beberapa hari selalu hujan tiap siang. Tapi saat kami datang, cuaca ceraaahhh.... Ini jadi kesempatan bagi saya untuk mengenalkan laut dan pantai pada Amay. Iya sih, Amay pernah melihat laut waktu ke Madura tahun lalu, tapi dia tidak sempat bermain-main dengan airnya.
Pantai Watu Kodok memang jarang terdengar. Itulah mengapa pengunjung disana tak banyak. Tapi mungkin lebih baik begitu yaa, supaya kebersihan dan ketenangannya tetap terjaga, hehe..
Beruntung lagi, karena malamnya kami bisa makan bersama-sama di bawah bulan purnama, Alhamdulillah. Oya, di malam itu juga, di depan tempat kita makan, teratai mekar dengan sempurna. Wah, nikmat sekali.. :) Makin komplit di keesokan harinya, kami merasakan bagaimana badai melanda. Sungguh pengalaman yang mendebarkan.
Lain waktu saya ingin kembali kesana, belajar banyak hal dengan Mba Ani, Mas Bintang, Sang, Ken, Mas Thomas, juga Mas Gatot. :)
Semoga Pantai Watukodok tetap terjaga keindahannya. Saya percaya, Mba Ani, Mas Bintang, juga teman-teman yang lainnya adalah orang-orang yang berdedikasi penuh untuk alam watukodok. Ini terlihat lewat program-program watukodok yang bertujuan mengedukasi masyarakat sekitar supaya bersahabat dengan alam, seperti pertanian organik, biogas, pengolahan air, permakultur, dan lain-lain.
Dan ini adalah sebagian kecil yang bisa kami abadikan di Ocean of Life Indonesia.
Turun di stasiun Lempuyangan-Jogja, kami dijemput oleh Mba Ani, Mas Bintang, juga kedua putrinya, Sang dan Ken. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih dua jam. Dengan jalannya yang berkelak-kelok, saya tidak merasa pusing karena pemandangan di tiap tepi jalannya selalu menarik. Hijau. Ahh, memangnya berapa lama saya tinggal di kota ya? Hehe..
Ocean of Life sendiri ada dua, satu di Indonesia, dan yang lainnya ada di Swiss. OLI, Ocean of Life Indonesia, sebagai tempat untuk meneliti dan mempelajari semua tentang laut, sedangkan Ocean of Life yang berada di Swiss lebih banyak melakukan penghimpunan dana charity dari donatur-donatur untuk pengembangan infrastruktur center.
Ocean of Life Indonesia |
tempat makan yang menyatu dengan alam |
Sampai disana, kami berkenalan dengan Mas Thomas, yang tugasnya mengurusi permakultur. Ada juga Mas Gatot yang jago fotografi. Mas Gatot ini peneliti biota laut. Ada guyonan yang dilontarkan Mba Ani, "Karena belum bisa berenang, Mas Gatot hanya menyelam di kedalaman 20cm." dan itu membuat saya terpingkal-pingkal. Kata Mba Ani lagi, tiap laut surut Mas Gatot langsung meluncur kesana, malam sekalipun. Bahkan, Mas Gatot berhasil menemukan beberapa spesies yang di LIPI pun belum bernama.
Selesai melihat sana-sini, Sang dan Ken mengajak saya dan Amay ke pantai. Kata mereka kami beruntung, karena beberapa hari selalu hujan tiap siang. Tapi saat kami datang, cuaca ceraaahhh.... Ini jadi kesempatan bagi saya untuk mengenalkan laut dan pantai pada Amay. Iya sih, Amay pernah melihat laut waktu ke Madura tahun lalu, tapi dia tidak sempat bermain-main dengan airnya.
Lain waktu saya ingin kembali kesana, belajar banyak hal dengan Mba Ani, Mas Bintang, Sang, Ken, Mas Thomas, juga Mas Gatot. :)
Semoga Pantai Watukodok tetap terjaga keindahannya. Saya percaya, Mba Ani, Mas Bintang, juga teman-teman yang lainnya adalah orang-orang yang berdedikasi penuh untuk alam watukodok. Ini terlihat lewat program-program watukodok yang bertujuan mengedukasi masyarakat sekitar supaya bersahabat dengan alam, seperti pertanian organik, biogas, pengolahan air, permakultur, dan lain-lain.
Dan ini adalah sebagian kecil yang bisa kami abadikan di Ocean of Life Indonesia.
bunga teratai yang mekar malam sebelumnya |