"Having somewhere to go is home. Having someone to love is family. And having both is a blessing."
6 Mei 2022
Hari ini 2 tahun lalu, sepertinya saya masih bergelut dengan isak tangis. Saya masih belum bisa menerima datangnya pandemi corona, yang membuat saya tidak bisa mudik di hari raya. Mungkin bagi sebagian orang, mudik bukanlah hal penting. Namun, bagi saya, mudik adalah momen yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya, karena ini adalah kesempatan untuk berkumpul dengan seluruh keluarga. Kebetulan, suami saya juga seorang "family oriented", sehingga kami klop, menganggap bahwa keluarga adalah segala-galanya.
Saat mengetahui adanya larangan mudik dua tahun lalu, saya sempat denial dengan berkata bahwa ngga mudik juga ngga apa-apa. Insya Allah semua akan baik-baik saja.
Namun, benarkah itu yang saya rasakan? Nyatanya, sisi lain diri saya menunjukkan hal sebaliknya.
Saya stres. Metabolisme tubuh saya terganggu, ditandai dengan haid yang tak kunjung datang hingga dua bulan. Saya sempat mengira bahwa saya hamil anak ketiga, akan tetapi dari tes kehamilan yang beberapa kali dilakukan, hasilnya selalu negatif. Saya bahkan sempat berniat untuk melakukan USG karena hal ini.
Tanda lainnya, saya seringkali menangis tanpa sebab. Ini membuat anak-anak saya bingung. Alhamdulillah, dalam kondisi seperti ini, saya sangat bersyukur karena Allah memberi saya suami dan anak-anak yang selalu setia menemani. Oiya, saya sempat membuat postingan seperti ini di Instagram. Mungkinkah apa yang saya rasakan ini semacam tanda-tanda depresi?
Kini...
Meski pandemi belum sepenuhnya hilang, akan tetapi dengan ikhtiar vaksinasi yang sudah dilakukan, mudik lebaran akhirnya sudah diperbolehkan. Alhamdulillah... Kami pun menyambutnya dengan penuh kegembiraan.
"Ini anak-anak kan liburnya 10 hari. Jadi kita bagi, 5 hari di Purworejo, 5 hari di Majalengka." Kata suami. Saya setuju.
Ya, saya berasal dari Purworejo, sementara suami dari Majalengka. Cukup jauh jaraknya untuk pulang kampung dari Solo. Namun, dengan niat birrul walidain dan silaturahmi dengan saudara-saudara, kemacetan dan rasa lelah di perjalanan akan kami lawan. Cieeehh... 😁
Beberapa hari menjelang tanggal mudik, saya mulai beberes rumah, juga mencuci dan menyetrika, terutama baju-baju yang akan dibawa saat mudik nanti. Suami tak kalah sibuk. Menjelang libur kantor, deadline semakin banyak, karena klien-klien ingin gambar selesai sebelum lebaran. 🙈
Seru sih, karena memang ini yang kami inginkan, kan? Kalau ingat 2 tahun lalu, rasanya benar-benar ngga punya gairah menyambut lebaran. Bahkan saat itu saya ngga masak sama sekali. Saya hanya pesan lontong di tukang sayur, juga opor dan sambal goreng di katering milik seorang kenalan.
Nah, tapi, sebahagia apapun kita, kalau sudah kelelahan tetap saja badan akan lebih gampang nge-drop. Ya kan? Apalagi kami jadi kurang tidur juga selama ramadhan kemarin. Selain itu, kondisi cuaca yang panas terik di siang hari dan hujan deras di sore hari, juga membuat tubuh jadi rentan sakit.
Ikhtiar Kami...
Lalu bagaimana supaya semua kerjaan bisa beres tepat waktu? Di sini ngga hanya saya yang ngga boleh sakit, tapi suami juga. Untungnya, untuk urusan menjaga kesehatan, suami saya sudah punya formula sendiri. Ini sudah dilakukannya sejak masih single dulu, karena arsitek mah seneng banget lembur deh perasaan. Pokoknya ketika badan sudah mulai terasa greges-greges, suami akan menyeduh Antangin ke dalam 1/2 gelas air hangat.
Kenapa Antangin? Karena Antangin memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Membantu memelihara daya tahan tubuh
- Meredakan gejala masuk angin, seperti meriang, mual, kembung, sakit kepala
- Membantu melegakan tenggorokan
Sebenarnya Antangin juga bisa dikonsumsi langsung dari kemasan sachetnya, tapi suami lebih suka menyeduhnya dengan air hangat. Mungkin dengan cara ini beliau lebih merasakan efek cenghar (Sunda - segar) alias kemepyar kalau orang Jawa bilang.
Kami mengonsumsi Antangin setiap malam menjelang tidur. Habis tarawih, makan, lalu minum Antangin. Keesokan harinya, badan terasa lebih enteng.
Hari mudik pun tiba...
Sebelum mudik ke Purworejo, kami diundang oleh salah satu rekan suami (yang sudah seperti keluarga bagi kami), untuk menginap di rumahnya di Jogja utara. Di sini, daerahnya cukup dingin karena berada cukup dekat dengan gunung Merapi.
Kami berangkat Kamis siang ba'da dzuhur dari Solo, dan sampai Jogja selepas ashar. Kami memang agak santai di jalan, selain itu juga, jalanan sudah cukup ramai dipadati pemudik. Ini terlihat dari banyaknya kendaraan-kendaraan berplat nomor luar kota Solo dan Jogja yang melintas.
Tiba di Jogja, kami langsung disambut dengan bala-bala dan es sirup untuk berbuka. Masya Allah...
Sssst, saya kasih bocoran tempatnya kayak apa, yaa..
Berlokasi di Jogja utara, dekat merapi, di tengah rimbunnya pepohonan, bisa terbayang kan bagaimana dinginnya? Saya bersyukur, saya punya kebiasaan membawa Antangin di dalam tas, meski hanya beberapa sachet. Dan malam itu, jelang tidur, kami meminum Antangin lagi untuk menghangatkan badan. Maklum, biasa tinggal di Solo yang panas, tentu kaget ketika berada di daerah yang dingin.
Kami di sini satu malam. Keesokan harinya, selepas dhuha, kami berangkat ke Purworejo, tanah kelahiran saya dan anak-anak.
Di Purworejo...
Hari pertama di Purworejo, kami langsung bersih-bersih rumah. Bapak sudah tidak berdaya mengurus rumah sendirian, karena beliau menderita saraf kejepit sejak 3 tahun silam. Keesokan harinya, kami mengecat rumah hingga H-2 lebaran. H-1 lebaran, kami mulai memasak beraneka masakan khas lebaran seperti opor, sambal goreng, dan lainnya. Sibuk banget pokoknya. 😁
Kebayang ngga gimana capeknya kami? Seneng sih, tapi pinggang kayak mau copot. Wkwkwk...
Kami sempat bingung tuh, lebarannya tanggal 2 atau 3 Mei ya? Alhamdulillah, di tanggal 1 Mei selepas Isya, dari masjid sudah terdengar suara takbiran. Ya Allah, rasanya... Terharu banget. Apalagi kami mendengar bahwa masjid-masjid dan mushola-mushola di desa kami sudah menyiapkan pawai takbir keliling.
Dan benar saja, sekitar jam 9 malam, pawai takbir keliling itu melintas di depan rumah. Masya Allah.
Lebaran hari pertama, setelah selesai sholat Ied, kami berkeliling ke rumah para tetangga. Di sini, kami tidak perlu bertanya apakah mereka siap dikunjungi, karena semua pintu memang terbuka dan tuan rumah selalu siap menyambut para tamunya.
Sebelumnya, tentu saja kami berfoto dengan anggota keluarga. Masya Allah, perasaan bahagia memenuhi dada.
Hari kedua, mertua datang dari Majalengka. Beliau berdua memang sedang ingin bersilaturahmi ke para besan, yaitu bapak saya, juga besan di Wonosobo (mertua adik ipar).
Nah, mumpung sudah di Purworejo dan Wonosobo, kenapa ngga sekalian jalan-jalan, ya kan? Akhirnya diputuskan, kami akan berjalan-jalan ke Embung Kledung di Temanggung, juga ke Dataran Tinggi Dieng. Nantinya, kami akan pulang ke Majalengka lewat Batang.
Supaya tulisan ini tidak terlalu panjang, maka perjalanan kami di Embung Kledung, Temanggung dan Dieng saya ceritakan di sini: Jelajahi Pesona Alam Temanggung dan Dieng Saat Lebaran Bersama Keluarga
Jalan-jalan ke Temanggung dan Dieng...
Temanggung dan Dieng adalah tempat yang dinginnya melebihi Jogja utara, gaes... Kalau di Pakem, Jogja saja saya sudah kedinginan, apatah lagi ketika harus menginap di Dieng? Menggigil. Xixixi... Di foto di atas memang terlihat terik, yaa... Tapi seterik-teriknya di Dieng, tetap aja dingin, teman-teman...
Alhamdulillah, saya selalu membawa Antangin di dalam tas, sehingga perubahan suhu yang ekstrim itu tidak membuat saya meriang. Ternyata, kebiasaan membawa Antangin ini sangat bermanfaat, yaa... Bahkan, ketika Ayah mertua mulai mual-mual di dalam mobil (maklum, jalanan di gunung pasti berkelak-kelok, ditambah lagi kondisi macet saat lebaran bisa memicu sakit kepala juga), keberadaan Antangin itu juga sangat membantu beliau terhindar dari mabuk darat.
Oya, di Kawah Sikidang, Dieng, saya pun sempat merasa pusing dan mual karena bau belerang yang menyengat. Dan saya merasa lebih baik setelah mengonsumsi Antangin.
Minum Antangin untuk melawan dinginnya Embung Kledung |
Kamis sore, tanggal 5 Mei, kami beranjak pulang ke Majalengka setelah puas mengelilingi Dieng. Namanya juga lebaran, kondisi jalanan pasti dipadati ribuan kendaraan. Lamanya perjalanan pun tidak bisa diprediksi. Kami memperkirakan akan sampai di Majalengka di jam 10 malam. Namun, apa yang terjadi? Kami baru sampai rumah di jam 2:30 pagi, keesokan harinya. Huhuhu, capeeeek banget, Ya Allah...
Suami yang selalu stand by selama perjalanan, mengeluh kelelahan. Akhirnya, setelah sarapan pagi, saya memberikannya Antangin Habbatussauda.
Beberapa Varian Antangin...
Oya, mungkin teman-teman penasaran ya, memang Antangin itu ada berapa sih variannya? Kebanyakan taunya cuma Antangin JRG aja, ya kan?
1. Antangin JRG
2. Antangin Mint
Antangin Mint, sesuai namanya, kandungan utamanya adalah Daun Mint yang berhasiat untuk membantu mengatasi masuk angin dengan sensasi semriwing di tenggorokan dan hidung.
3. Antangin Tablet
4. Antangin Junior
5. Antangin Good Night
6. Antangin Habbatussauda
Dari pengalaman saya selama mudik kemarin, saya sarankan untuk teman-teman yang hendak bepergian, bawa Antangin selalu di dalam tas. Simpel, praktis, dan banyak manfaatnya. Insya Allah perjalanan kalian akan tetap terasa menyenangkan.