Suatu hari saat sedang menjemur
cucian, tiba-tiba Amay, anak saya, datang lalu berkata,
“Mama, tebak ya... Gendut, pakai jilbab, lagi njemur. Siapa hayo?”
Sontak saya tertawa, karena saya
paham sekali siapa yang ia maksud. Tentu saja itu adalah saya. Hahaha...
Setelah menyapih si bungsu sejak
September lalu, berat badan saya memang berangsur naik. Nggak tanggung-tanggung
naiknya, sampai 10 Kg. Luar biasa kan? Dan sejak saya menggendut itu, Amay
memang sering menganggap bahwa Mamanya ini sedang hamil. Hiks hiks...
Mungkin ini akibat saya terlalu
terlena dengan pujian orang-orang kalau badan saya tetap langsing meski sudah
beranak dua. Saya pun terlalu bersemangat menaikkan berat badan, tanpa
mempedulikan asupan makanan. Pokoknya makan apa saja hayuuuk... “Masih kurus
ini,” pikir saya saat itu.
Sampai akhirnya, mata saya
terbelalak saat menginjakkan kaki di atas timbangan.
“Hah, Teteh, ini timbangannya
bener nggak sih? Masa Arin jadi 54 kilo coba?” kata saya pada sepupu suami saat
akhir tahun lalu berkunjung ke rumahnya di Bandung.
Teh Gita bertanya balik, “Emang
biasanya Arin berapa? Timbangan yang ini sih bikin hepi. Kalau yang di kamar Uwa,
itu bikin sedih.”
Saya kemudian beringsut ke kamar
Uwa. Di timbangan yang menurut Teh Gita bikin sedih, berat badan saya malah menjadi
56 kg. Saya syok. Ini artinya, berat badan saya sudah menyentuh angka yang sama
dengan saat saya hamil 9 bulan 3,5 tahun lalu. Jika sebelumnya saat menimbang
saya selalu berharap agar berat badan saya bisa bertambah, kali ini saya tak
percaya dengan timbangan itu. Habisnya, naiknya kenapa drastis sekali...
“Arin tuh pas masih menyusui Aga
beratnya antara 43-45 kg, Teh. Ini masa cepet amat naik 10 kg lebih?” Saya masih
tidak percaya.
“Ini timbangannya bener kan,
Teh?” Nah, sampailah saya pada kondisi di mana seseorang merasa selalu dibohongi
oleh timbangan. Hahahaha..
Saya memang dulu ingin menaikkan
berat badan sekitar 5 kg, supaya berat badan bisa di angka 48-50 kg. Angka itu
cukup ideal lah ya untuk saya yang tingginya 159 cm.
Mengapa saya ingin menaikkan berat badan? Karena dulu waktu saya masih kurus kering, bapak saya sering sekali menasehati, “Maem sing akeh, ben rada isi sithik awake. Nek kuru ngene ki ketok tuwa. (Makan yang banyak, biar badannya agak berisi. Kalau kurus, tuh, kelihatan tua)," sambil memandang saya dengan tatapan prihatin. Hihihihi...
Mengapa saya ingin menaikkan berat badan? Karena dulu waktu saya masih kurus kering, bapak saya sering sekali menasehati, “Maem sing akeh, ben rada isi sithik awake. Nek kuru ngene ki ketok tuwa. (Makan yang banyak, biar badannya agak berisi. Kalau kurus, tuh, kelihatan tua)," sambil memandang saya dengan tatapan prihatin. Hihihihi...
Tak hanya bapak, suami saya juga
suka menjejali saya dengan makanan. Jika saya terlalu lelah dibilang kurang
gizi, suami terlalu capek dengan orang-orang yang selalu mengira bahwa dia
nggak bisa mensejahterakan istri. Hihihi...
Saya pun mulai membiasakan diri
melakukan workout kecil-kecilan seperti ini sejak April tahun lalu.
workout ala mamakepiting |
workout ala mamakepiting |
Nah, ini video untuk mengecilkan perut dan paha |
Mungkin ada yang heran, "Lho, ingin berisi koq malah
olahraga?"
Ini sih teori saya saja. Saya
hanya mengingat saat masih di Bogor dulu, setiap hari saya berjalan kaki (terkadang ditambah dengan lari-lari kecil untuk mengejar kereta) dari tempat turun angkot
sampai stasiun. Dan saat itu, berat badan saya cukup ideal, sekitar 47 kg. Saya
juga merasa selalu fit, dan tak mudah lelah.
Setelah menikah dan ikut suami ke
Solo, praktis aktivitas mengejar kereta sudah tak saya lakukan lagi. Gerakan
saya juga sebatas sumur, dapur dan kasur. Mmm, maksudnya mencuci, memasak,
setelah itu gegoleran di tempat tidur. Sudah. Nggak ngapa-ngapain lagi. Dan
ternyata itu membuat fisik saya melemah.
Apalagi saat anak-anak masih bayi, begadang menjadi rutinitas tiap malam. Istirahat jadi kurang optimal, makan pun jadi tak begitu nikmat rasanya. Saya pun langsing dengan sendirinya, namun langsing ini bukan langsing yang sehat.
Apalagi saat anak-anak masih bayi, begadang menjadi rutinitas tiap malam. Istirahat jadi kurang optimal, makan pun jadi tak begitu nikmat rasanya. Saya pun langsing dengan sendirinya, namun langsing ini bukan langsing yang sehat.
Dan setelah tahun lalu saya
menambah gerakan di sela-sela aktivitas harian, keringat jadi mudah keluar, kulit
pun rasanya menjadi lebih lembab, terbukti bahwa metabolisme tubuh saya semakin
membaik. Dan yang paling penting, nafsu makan saya meningkat.
Tapi, ternyata
saya kebablasan.
Apa yang salah? Salahnya adalah,
setelah berolahraga, justru saya lebih kalap dalam mengonsumsi makanan. Saya
terlalu percaya diri dengan merasa bahwa lemak dalam tubuh saya sudah meleleh
seiring dengan keluarnya keringat. Jadi saya pikir, nggak apa-apa makan banyak. Nah, overconfident seperti ini lah yang
berbahaya.
Sampai kemudian, beberapa waktu
lalu, saya mengetahui sebuah produk bernama Slim & Fit. Ada dua rasa yang
saya coba, yaitu Chocolate dan Vanilla. Saya mengonsumsinya setelah berolahraga, agar energi saya kembali, dan untuk membantu
mengontrol nafsu makan pasca berolahraga. Beneran, minum segelas Slim & Fit saja, perut terasa kenyang lebih lama.
Slim & Fit, untuk membantu menurunkan berat badan |
tiap box berisi 6 sachet Slim & Fit @ 54 gram |
Slim & Fit, halal |
Dalam satu box Slim & Fit terdapat 6 sachet yang masing-masing berisi 54 gr.
Kelebihan Slim & Fit antara lain:
1. Low Calorie à hanya 200 kkal per saji
2. High Protein à Protein membantu membangun & memperbaiki jaringan tubuh
3. High Fiber à Serat pangan (inulin membantu memelihara fungsi saluran cerna
4. Less Sugar
5. High Calcium à Kalsium berperan dalam pembentukan dan mempertahankan kepadatan tulang serta membantu memperlambat terjadinya osteoporosis
6. Low Saturated Fatty Acid
Hasilnya? Dalam waktu kurang lebih 2 minggu, berat badan saya yang
semula 54-55 kg, kini menjadi 52 kg. Menurut pengalaman teman-teman lain bahkan, dalam 1 bulan, berat badan bisa turun 4-6 kg, lho...
Olahraga tetap saya lakukan.
Makan juga seperti biasa. Hanya, setelah minum segelas Slim & Fit, rasa
kenyangnya bertahan lebih lama. Seperti Rabu minggu lalu, sebelum saya dan teman-teman
mengunjungi Tio Ciu Mas Koko, saya minum segelas Slim & Fit dari rumah.
Alhamdulillah, saya tidak sekalap biasanya, sehingga ketika beranjak ke tempat
makan selanjutnya, saya hanya mencicipi sekedarnya saja.
Jika ditanya, apakah setelah berat badan saya kembali ideal atau sesuai target yaitu 48 kg, saya akan kembali mengonsumsi Slim & Fit? Saya jawab, iya. Karena Slim & Fit merupakan susu tinggi protein dan tinggi serat, cara praktis untuk memenuhi asupan nutrisi harian saya. Tapi saya akan memilih Slim & Fit rasa chocolate, hihi...
Kebetulan saya juga memiliki kode diskon 20% untuk setiap pembelian 3 box Slim & Fit, yaitu arinta20 yang berlaku selama-lamanya alias tidak ada batas maksimal pemakaian unique code. Asik kaaan.. :D
Yuk, cobain Slim & Fit, supaya nafsu makannya terkontrol, dan kita bisa mencapai berat badan ideal.
Kita bisa menghitung Indeks Massa Tubuh via SLIMCULATOR dan kita bisa mendapatkan ide makanan untuk kita konsumsi dalam "Calendar Weekly Menu". Alhamdulillah, Indeks Massa Tubuh saya sudah berada di Batas Normal sekarang. Yihaaaa...
Gimana, komplit kan? Yuk cobain, dan buktikan sendiri! ☺