Look, I'm Very Beautiful!
Eits, jangan sirik dulu. Ini adalah judul buku karya Mbak Afifah Afra yang sudah saya miliki sejak beberapa tahun silam. Saya ingin mengulas sedikit isinya, karena kebetulan isinya ngga jauh-jauh dari "Self Love", sebuah topik yang sedang ramai diperbincangkan.
Btw, ada yang pernah mendapat bully-an karena fisik yang (menurut para pem-bully) ngga sesuai standar kecantikan di dunia? Entah kulit yang hitam lah, rambut keriting lah, gigi yang ngga rapi lah, whatever it is?
Saya pernah. Paling sering karena gigi saya yang ngga rapi.
Karena kata-kata "gigi maju mundur", "untune jegang", yang sering orang lain ucapkan itu, saya pernah merasa jelek, lho. Ngga sempurna, begitu. Terbukti bahwa segala sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus, tanpa kita sadari bisa membentuk pola pikir dan kepribadian kita. Termasuk omongan orang.
Untuk kalian yang saat ini sedang menerima bully-an seperti itu, jangan diambil hati. Ingat kata Christina Aguilera, "You are beautiful, no matter what they say." Dan yang jelas, mengejek diri sendiri sebagai makhluk jelek, adalah salah satu tindakan kufur kepada Allah.
Coco Chanel mengatakan; "Beauty begins the moment you decide to be yourself."
Jadi sebenarnya, pertanyaan "gimana ya biar aku bisa jadi cantik?" itu, jawabannya mudah sekali. Cukup dengan menjadi diri sendiri.
Nah, untuk bisa menjadi versi terbaik dirimu sendiri, sebelumnya kamu harus paham tentang "Self Concept".
Look I'm Very Beautiful, gambar diambil dari www.tokoafifahafra.com |
Sekarang, ayo kita belajar tentang Konsep Diri / Self Concept!
Konsep diri itu apa?
Konsep diri atau self concept merupakan penggambaran tentang diri kita, serta apa yang kita inginkan tentang diri kita, yang sumbernya bisa berasal dari apa yang kita pikirkan maupun yang orang lain katakan. Tuh kan, konsep diri kita bisa dipengaruhi oleh omongan orang terhadap diri kita.
Konsep diri ada yang bersifat positif, ada juga yang besifat negatif. Untuk mengetahui apakah konsep diri kita positif atau negatif, kita perlu identifikasi dulu self ideal, self factual dan self esteem kita. Wah, apa lagi itu self ideal, self factual, dan self esteem?
Self Ideal, Self Factual, dan Self Esteem
Self Ideal adalah gambaran ideal tentang diri kita, yakni citra seperti apa yang kita inginkan atau kita harapkan. Biasanya, self ideal sangat dipengaruhi oleh sosok panutan kita, meski tidak selalu begitu juga.
Misalnya nih: Arinta yang saya harapkan adalah Arinta yang seorang blogger, pecinta lingkungan sekaligus penghafal Al-Qur'an. Wow yaa... 😂 Mari kita lihat kenyataannya.
Self Factual adalah diri kita yang sebenarnya.
- Apakah Arinta sudah jadi seorang blogger? Sudah
- Apakah Arinta sudah benar-benar mencintai lingkungan? Sedang menuju ke arah sana. Saat ini sedang membiasakan diri untuk mengolah sampah dapur menjadi kompos, juga sedang berusaha untuk diet plastik meski sulit sekali karena masih suka lupa.
- Apakah sudah hafal Al-Qur'an? Beluuummm... Tapi sedang berusaha ikut menghafal surat-surat yang sedang dihafalkan oleh anak-anak.
Jadi, sudah bisa disimpulkan ya, bahwa self factual saya masih jauh dari self ideal yang saya patok sendiri. Meski begitu, saat ini saya cukup percaya diri dengan apa yang ada di dalam diri saya. Di tulisan selanjutnya, saya akan menulis cara menjadi versi terbaik dirimu sendiri.
Self Esteem
Self ideal dan self factual akan sangat mempengaruhi dosis self esteem (harga diri --> seberapa besar kita menghargai diri sendiri). Semakin dekat self factual dengan self ideal, berarti semakin besar self esteem kita. Rasa percaya diri pun akan terbangun semakin kokoh, dan kita akan pandai mencintai diri kita (Self Love). Inilah yang disebut dengan Konsep Diri Positif.
Jika self factual masih jauh dari self ideal, maka kita akan memiliki self esteem yang rendah. Kita jadi "membenci" diri kita, dan terbitlah rasa minder (underestimated). Berkebalikan dengan underestimated, ada overestimated, yaitu kondisi di mana seseorang merasa self factual-nya mendekati self ideal, padahal sebenarnya belum. Dia memiliki self esteem yang tinggi, meski kenyataannya palsu. Dengan kata lain, orangnya "kepedean".
Baik underestimated maupun overestimated, keduanya merupakan Konsep Diri Negatif.
Di halaman 29, Mbak Afifah Afra menuliskan; "Self Ideal yang ideal, mestinya adalah sesuatu yang digali dari diri kita sendiri. Kelebihan kita. Kita harus menjadi diri sendiri. Be yourself. Kun anta tazdada jamala."
Mungkin ada yang bertanya, apa artinya kun anta tazdada jamala? Kun anta tazdada jamala artinya kurang lebih begini; Jadilah dirimu sendiri, niscaya kamu akan menjadi cantik dengan sendirinya. Ini sejalan dengan pesan dari seorang Thich Nhat Hanh;
To be beautiful means to be yourself. You don't need to be accepted by others. You need to accept yourself.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara membangun konsep diri yang positif? Untuk membangun konsep diri yang positif, harus diawali dengan "Mengenal Diri Sendiri". Jadi, sudahkah kamu mengenal dirimu sendiri?