Salah satu yang baru saya sadari belakangan, ternyata kemerdekaan juga merupakan salah satu syarat kebahagiaan. Anehnya, dulu-dulu, saya ngga berpikir ke situ. Merdeka ya merdeka, yang lekat dengan upacara, paskibraka dan aneka lomba. Tapi, setelah saya merenungi, saya menemukan bahwa makna merdeka lebih luas dari itu.
Kemerdekaan memang erat kaitannya dengan penjajahan. Nah, dari hasil perenungan saya, terkadang, yang menjajah kita bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri.
Heh, maksudnya gimana?
Ya, kadang-kadang, yang membelenggu kita adalah pikiran-pikiran kita sendiri to? Akibat pikiran-pikiran negatif itu, kita jadi sulit merasa bahagia, karena belum sebenar-benarnya merdeka.
Nah, siapa tau di antara kalian ada yang masih sulit merasa bahagia juga, yuk coba dilihat lagi ke dalam, adakah pikiran-pikiran seperti ini masih menguasai kalian?
1. Suka Menyalahkan Diri Sendiri
Maafkan semua yang lalu
Ampuni hati kecilmu
Penggalan lirik lagu berjudul "Diri" dari Tulus ini mengajak kita untuk memaafkan semua kesalahan diri.
Adalah hal yang sangat manusiawi jika kita pernah berbuat salah. Namun, terus-terusan menyalahkan diri juga bukan hal yang baik ya, teman-teman... Yakinlah bahwa Tuhan itu Maha Pemaaf. Yang penting, kita mau belajar dari kesalahan yang lalu, dan berubah menjadi diri kita yang baru. Yang lebih baik, tentu.
Yang sudah, ya sudah. Lepaskan rasa bersalahmu, lupakan rasa yang membelenggu itu. Now, it's time to move on.
2. Suka Membandingkan Diri dengan Orang Lain
I used to be like that, actually... Dan memang, perlu waktu yang tidak sebentar untuk bisa menerima diri kita apa adanya. Saya pun butuh waktu hingga bertahun-tahun untuk menyadari bahwa diri saya berharga.
Hobi membandingkan diri biasanya berawal dari perasaan insecure. Nah, supaya kita lebih percaya diri lagi, coba lakukan langkah kecil yang bisa meningkatkan kepercayaan diri. Selanjutnya, kelilingi diri dengan lingkungan yang positif dan supportif. Alhamdulillah, saya menemukan itu di komunitas kepenulisan yang saya ikuti.
Baca: Bagaimana Cara Menjadi Versi Terbaik Dirimu Sendiri?
3. Selalu Berprasangka Buruk
Bayangkan jika kita berada di dekat orang yang selalu berprasangka buruk. Rasanya tidak nyaman, bukan? Nah, seperti itulah diri kita, apabila pikiran kita selalu dipenuhi rasa curiga.
Saya selalu memegang nasihat ini: Allah itu sebagaimana prasangka hamba-Nya. Jadi, sebisa mungkin kita berpikir yang baik-baik, supaya hidup lebih tenang.
Baca juga: Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia
4. Hobi Mengeluh
Dalam Q.S. Al-Ma'arij ayat 19, tertulis bahwa manusia diciptakan dengan sifat suka mengeluh. Namun, terlalu sering mengeluh juga bisa menguras energi dan mengakibatkan suasana hati kian memburuk. Lebih jauh lagi, kebiasaan mengeluh ternyata juga bisa merusak memori otak, hingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Hmm, serem ya?
Memang, manusiawi banget kok kalau kita langsung mengeluh ketika tertimpa masalah. Tapi, usahakan mengeluhnya sama Allah aja, ya... Sebisa mungkin juga hindari curhat di sosmed, karena sedekat apapun sosmed dengan kita, ia bukanlah teman curhat yang baik. Hehe...
Lagipula, berapa persen sih dari contact list kita yang akan peduli dan bisa membantu mengatasi masalah yang kita hadapi? Kalau diserahkan ke Allah kan, insya Allah semua beres, asalkan kita yakin. Inilah saatnya kita mengejawantahkan kandungan dari Q.S. Al Ikhlas ayat 2, yakni Allah sebagai tempat bergantung segala sesuatu. 😊
5. Pesimis, Merasa Tidak Bisa
Ini sebenarnya hampir sama dengan kebiasaan berprasangka buruk, tapi prasangkanya lebih kepada kemampuan diri.
Almarhumah ibu dulu berkata, "Dijajal dhisik, nek bisa alhamdulillah, nek ora ya ora apa-apa, sing penting wis nyoba." (Dicoba dulu, kalau bisa alhamdulillah, kalaupun ngga bisa juga ngga apa-apa, yang penting sudah berusaha).
Hehe, sejujurnya, sampai sekarang pun kadang saya masih suka pesimis sih. Takut gagal, takut kecewa. Padahal saya sangat paham, ketika kita sudah mencoba, maka kemungkinannya ada dua; berhasil atau gagal. Dan ketika kita tidak mau mencoba, kemungkinannya cuma satu; gagal.
Benar kata Robert Frost, "Kebebasan terletak pada keberanian." Ini artinya, orang-orang yang masih dikuasai pesimistis, takut melangkah, sesungguhnya adalah orang yang belum benar-benar bebas. (Tunjuk muka sendiri)
6. Membiarkan Penyakit Hati Tumbuh dalam Diri
Salah satu tanda bahwa kita belum benar-benar bahagia adalah saat kita iri melihat pencapaian orang lain. Kalau kita sudah benar-benar bahagia, dada kita akan dipenuhi rasa syukur, hingga tidak menyisakan ruang untuk merasa iri akan kebahagiaan orang lain.
Untuk itu, mari bebaskan diri dari penyakit-penyakit hati. Ngga ada gunanya juga, selain malah menambah beban diri.
Nah, semoga setelah mengetahui hal-hal negatif seperti apa yang bisa membelenggu diri ini, kita bisa lebih fokus dengan hal-hal positif yang kita miliki, yaa... Supaya kita bisa merdeka, supaya kita bisa lebih berbahagia. Aamiin...
Kadang bingung Ama orang2 yang suka ga seneng Ama kebahagiaan orang lain. Secara ga langsug mereka sendiri yg bikin diri mereka ga bahagia. Pikiran jadi dipenuhi rasa dengki. Lupa kalo utk mencapai kebahagiaan seperti orang lain, itu tergantung dari diri sendiri, usaha sendiri, dan doa ke Yang Maha Kuasa. Kasih doa yang baik2 buat orang lain, toh nantinya bisa berbalik ke kita. Kalo yg ada kita doain orang jelek2, malah balik juga ke kita 😅.
ReplyDeletePoin2 di atas, reminder banget buat kita supaya ttp usaha menjadikan diri sendiri bahagia mba 👍
Betul banget, Mbak.. Doa yang baik akan kembali ke pendoanya. Terima kasih sudah mampir, Mbak.. :*
Delete