Pernah ngga terpikir, kenapa seseorang bisa menjadi sedemikian pendiam, bahkan bisa terlihat tenang saat menghadapi berbagai persoalan? Apakah ia benar-benar tak peduli dengan masalah yang menghampiri? Atau memang, ia tak punya daya untuk bercerita pada siapa-siapa, selain pada diri sendiri?
~
Saat menjelajahi instagram, tiba-tiba sebuah potongan adegan di drama My Liberation Notes muncul. Saya langsung tertarik karena berdasarkan sinopsisnya, drama My Liberation Notes berkisah tentang seseorang yang memiliki kepribadian introvert. Kebetulan, saya tertarik dengan tema ini dan merasa agak related dengan tokoh utamanya.
Baca: Si Melankolis
My Liberation Notes berkisah tentang orang-orang yang mencoba berdamai dengan keadaan. Kita tahu, banyak hal terjadi di luar kendali kita. Jadi, satu-satunya solusi untuk tetap bahagia adalah dengan mengendalikan diri dan menciptakan kebahagiaan kita sendiri.
Sekilas tentang My Liberation Notes
Pemeran Utama:
Kim Ji-won sebagai Yeom Mi-jeong
Son Seok-koo sebagai Mr. Goo
Lee Min-ki sebagai Yeom Chang-hee
Lee El sebagai Yeom Gi-jeong
Alkisah, ada sebuah keluarga yang tinggal di kota kecil bernama Sanpo. Selain bertani, sang ayah memiliki usaha pembuatan wastafel. Ia mempekerjakan satu orang karyawan yang sangat misterius. Orang-orang hanya mengenalnya dengan nama "Pak Gu". Tak ada yang tahu persis latar belakang Pak Gu ini. Dari mana dia berasal, apa pekerjaannya sebelum ini, mengapa dia bisa terdampar di desa kecil ini, semua masih misteri. Yang jelas, sang ayah sangat puas dengan hasil kerjanya. Nah, baik sang ayah maupun Pak Gu, keduanya adalah orang yang tak suka bicara. Jadi, mereka selalu bekerja dalam diam.
Keluarga ini memiliki 3 orang anak. Yeom Mi-jeong si anak bungsu, dan dua orang kakaknya; satu laki-laki, satunya lagi perempuan. Berbeda dari dua kakaknya yang "berisik", Mi-jeong dikenal sangat tertutup. Dia hanya akan bicara ketika ada orang bertanya. Saking tertutupnya, ia tidak tertarik untuk bergabung dengan klub-klub di kantornya.
Lahirnya Klub Pembebasan / Liberation Club
Ternyata, Mi-jeong tak sendirian. Ada dua orang lain yang juga tak ingin bergabung dengan klub-klub yang disediakan kantor. Karena berulang kali dipanggil oleh bagian "Support Center" di kantornya dan tak henti-hentinya ditawari aneka klub, mereka bertiga akhirnya membuat klub mereka sendiri. Klub Pembebasan atau Liberation Club namanya. Tujuan klub ini adalah untuk mendukung anggotanya merasakan kebahagiaan dan menemukan kebebasan yang mereka impikan.
Ada tiga hal yang menjadi prinsip utama klub ini, agar lebih mudah mengevaluasi hidup secara jujur;
- Tak akan berpura-pura bahagia
- Tak akan berpura-pura menderita
- Menjadi lebih jujur (pada diri sendiri)
Selain itu, di Klub Pembebasan ini mereka tidak boleh memberikan saran, pun tidak boleh menghibur satu sama lain. Mau ngasih saran juga gimana, wong masing-masing punya masalah yang tak kalah beratnya.
Orang-orang introvert memang gitu, yaa... Terlihat diam, padahal mereka sering bicara dengan diri sendiri. Terlihat tenang, padahal banyak sekali yang dipikirkan.
Mi-jeong misalnya, ia mengalami banyak hal yang tak menyenangkan, seperti perlakuan atasannya di kantor yang selalu marah-marah dan memandang rendah, juga kekasihnya yang berutang menggunakan namanya, tapi tidak mau bertanggung jawab. Bahkan kekasihnya itu malah kembali ke mantannya. Semua hal buruk itu ia pendam sendiri. Keluarganya tak ada yang tahu jika di kesendirian ia sering menangis.
Baca: Si Penyendiri
Kisah 3 Bersaudara dari Sanpo
Sebenarnya, bukan hanya Mi-jeong yang punya masalah. Kedua kakaknya pun sedang struggling dengan persoalannya sendiri-sendiri. Yeom Chang-hee, si kakak laki-laki, punya obsesi untuk bisa terbebas dari masalah finansial. Ia bahkan ingin pindah ke Seoul karena merasa tinggal di kota kecil seperti Sanpo sangatlah tidak menguntungkan. Jauh kemana-mana. Mau kerja aja, butuh waktu berjam-jam untuk ke kantor. Bahkan ia juga jadi putus sama pacarnya, karena pacarnya menganggap Chang-hee ini agak kolot.
Sementara itu, Yeom Gi-jeong, si kakak perempuan, merasa hidupnya hampa karena tidak punya kekasih yang bisa dijadikan sandaran. Ia merasa tidak berharga dan sering insecure dengan penampilan.
Jujur, saya jadi teringat masa-masa tinggal di Cilebut. Tiap hari naik KRL menuju Jakarta, waktunya habis di jalan juga. Nah, mungkin teman-teman yang tinggal di sekitar Bojong Gede, Cilebut, Bogor, paham banget rasanya menjadi anak-anak Sanpo ini. Hihi...
Seperti yang saya tulis di atas, drama ini mengisahkan tentang orang-orang yang ingin berdamai dengan permasalahan hidup. Ketiga anak ini, setiap memiliki masalah, tidak pernah menceritakan masalahnya pada keluarga. Mereka bahkan menyembunyikan semua luka itu agar tak membebani sang ibu. Sampai kemudian di episode 14, sang ibu pergi. Ia tertidur dan tak pernah bangun lagi. Benar-benar banjir air mata deh episode ini. Banyak yang menyimpulkan, sang ibu pergi dengan membawa kesedihan, karena bahkan anak-anaknya tak menjadikannya sebagai tempat berkeluh kesah.
Lalu, adakah kisah cinta di sini?
Sebuah drama, tentu tak lengkap jika tak dibumbui kisah asmara. Ada kisah antara Gi-jeong dengan salah satu anggota Klub Pembebasan (yak, teman kantor Mi-jeong jadi kekasih Gi-jeong), juga yang paling seru, kisah asmara dua orang introvert; Mi-jeong dan Pak Gu.
Bagaimana ceritanya, kok Pak Gu bisa jadi kekasih Mi-jeong? Pak Gu kan pendiam, misterius, kalau bertemu dengan Mi-jeong yang juga pendiam, apa jadinya?
Nah, ini yang menarik. Mi-jeong bisa bercerita banyak dengan Pak Gu, pun sebaliknya, saat bersama Mi-jeong, Pak Gu jadi banyak omong. Meski tetap, Pak Gu masih menyembunyikan identitas aslinya. Ini salah satu scene favorit saya, ketika Mi-jeong curhat soal atasannya yang suka meremehkan dia, Pak Gu merespon dengan "lakik" banget.
Nilai Plus Drama Ini di Mata Saya
1. Drama ini benar-benar related dengan kehidupan kita.
Tidak ada romansa yang berlebihan, yang kalau di drama lain tuh seolah sulit digapai gitu. Misal, saat Mi-jeong rindu dengan Pak Gu yang menghilang, ia mendatangi tempat yang pernah mereka kunjungi berdua. Kalau di drama lain, mungkin, akan dibuat cerita bahwa ternyata Pak Gu sudah menunggu di sana, karena merasakan rindu yang sama. Tapi ini tidak. Ya, tidak ada "keajaiban" seperti yang netizen harapkan. Hahaha...
Pun endingnya, meski berakhir bahagia tapi semua masih masuk akal. Biasanya nih, kalau ada atasan yang nyebelin dan sudah ketahuan selingkuh di kantor, pembuat cerita akan membuatnya terlihat sial. Lalu bawahan yang selalu direndahkan itu akan merasa menang dan puas karenanya. Tapi di sini tidak. Yeom Mi-jeong memilih keluar dari kantor itu untuk melanjutkan kehidupannya di tempat lain. Ia mencari kebahagiaan dengan caranya sendiri.
2. Meski ada kisah percintaan di sini, tapi drama ini tidak mengumbar adegan mesra.
Sejauh yang saya ingat, hanya ada satu adegan kissing di drama ini. Itupun hanya sebentar dan tidak terlalu diekspos. Untuk saya sih ini kelebihan, tapi mungkin bagi kalian yang suka dengan adegan-adegan yang bikin meleyot, ini sebuah kekurangan. Hihi...
Kalau kita bicara soal love language, maka love language-nya Pak Gu adalah mengajak makan, membuatkan mie, menjemput di stasiun, juga menjadi pendengar yang baik bagi Mi-jeong.
3. Dari My Liberation Notes saya belajar;
- Bonding dengan anak adalah sesuatu yang penting dan harus diusahakan. Jika untuk bercerita dengan orang tuanya saja anak merasa enggan, berarti ada yang salah dengan pola asuh kita.
- Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Jadi, pergunakan semaksimal mungkin untuk saling membahagiakan orang-orang tersayang. Karena ketika satu orang saja pergi, segalanya bisa jadi sangat berubah.
- Kebahagiaan, meski terkadang sulit untuk diraih, tapi bisa diusahakan. Yang penting kita tidak menyerah begitu saja.
Baca: Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia
~
Saya akan menutup tulisan tentang drama My Liberation Notes ini dengan kutipan dari Thich Nhat Hanh, seorang penyair dan aktivis HAM dari Vietnam.
"The amount of happiness that you have depends on the amount of freedom you have in your heart." ~ Kebahagiaan yang kita miliki bergantung pada jumlah kebebasan yang kita miliki di hati.
awal nonton episode 1 - 5 cukup gak nyaman karena terlalu banyak bicara dan kadang gak ada obrolan, lewat dari episode 6 mulai menarik nih series, banyak banget sih pelajaran dalam kehidupan yang bisa diterapkan. Well being introvert is privileged for me, meski kadang suka lelah ketika males bersosialisasi eh diketemukan sama orang-orang extrovert heeh
ReplyDeleteAku lagi binge watch drama ini,Mak. sempat mandeg di 2 epside awal karena bosan. Hahaha. drama kok banyak diemnya. Heran deh tapi abis eps 4 baru ceritanya mulai asyik dan bikin penasaran nih...Agek beda drama ini emang
ReplyDeleteKlo mak Arin udah ripiu drama. Artinya drakor ini berkelas bangettt
ReplyDeleteAku baru nonton 2 eps.
Blm.lanjut lagi karena pace nya lumayan lambat yaa
Baca ripiu ini jadi mau nonton lagiiii
Sebagai introvert aku merasa harus nonton ini mumpung anak-anak libur sekolah. Tapi kalau jadi naksir Pak Gu gimana dong, Mbak Arin? Liat cuplikan-cuplikannya di IG aja udah bikin terPakGuPakGu.
ReplyDeleteBisa bayangin lelahnya jadi mereka, yang pulang pergi kerja menempuh jarak yang begitu lama. Pernah ngalamin juga sewaktu tinggal di Jakarta Pusat, kerja di Kramat Jati, pulang pergi kerja jamnya macet, alhasil satu jam lebih perjalanannya. kalo pas pulang nyampe rumah tu dah kerasa capek banget badan.
ReplyDeletejelang episod terakhir mengandung bawang... ikut larut dengan kesedihan ceritanya. endingnya menurutku realistis, masing2 menemukan kebebasannya. abis ini trus nyariin mr gu kemana yaa ahahah
ReplyDeleteSampai sekarang si My Liberation notes ini masih jadi favoritku sih mak Arin, walau pun jalan ceritanya agak lambat tapi bagus. Terutama dengan adanya pak Gu, hahahahaa... Aduh ini tuh gemes-gemes gimana gitu.
ReplyDeleteTermasuk kurang menikmati sih aku drakor My Liberation Notes banyak yang aku skip, ending juga kurang sreg di hati. Mungkin beda tipe ya aku suka tema drama kerajaan.
ReplyDeleteBayangin Sanpo terus ke Cilebut jadi ingat anker, anak kereta yang perjuangannya sungguh luar biasa. Unik ini semua tokoh struggle dengan masalahnya sendiri tapi penyelesaiannya tak seperti drama yang biasa dengan ending bahagia dan masuk akal...wah penasaran
ReplyDeletepas awal2 ya ini bosenin jareku lah kok malah ada keuwuan dan bikin klepek2 si mr gu yang ga banyak omong tapi biki deg2an wkwkwk. akhirnya ya wes nontonnn. tapi bertiga itu saling menjaga ya sekeluarga
ReplyDeleteSejujurnya aku lelah banget nonton drama ini pas di episode 1-2, karena cuma nyeritain perjalanan mereka pergi pulang ke kantor, yang jaraknya jauuuh banget. Mirip lah sama aku yang dari Tangerang atau teman-teman yang dari Depok, Bekasi, Bogor, kalau mau ke Jakarta.
ReplyDeleteTapi di episode berikutnya ternyata keren banget dramanya, penuh masalah hidup yang berat tapi harus diatasi, dijalani. Drama ini bikin aku jadi belajar menghadapi kerasnya hidup, Mak. Suka banget pokoknya. Suka banget juga sama karyawan Wastafel Sanpo yang super cool dan ternyata punya Royal Royce itu. :P
Drama ini banyak ngangkat isu mental health yang kerap dirasakan pekerja milenial di tempat kerja. Agak relate karena saya sendiri sempat punya atasan nyebelin dan nggak masuk klub apapun yang ada di kantor tapi yaaa berusaha untuk cari kebahagian dengan networking dan ikut kumpul-kumpul karaokean dan makan sesekali dengan temen-temen kantor. Baru nonton beberapa cuplikan dramanya tapi udah masuk waiting list buat ditonton abis ini.
ReplyDelete