Buku adalah jendela dunia. Semua orang tahu itu. Meskipun kita hanya duduk berdiam, tapi jiwa dan imajinasi bisa pergi ke lain alam. Banyak sekali buku yang sudah menginspirasi saya, akan tetapi ada satu buah buku, yang karenanya saya kembali ingin belajar menulis.
Kalau artis saja bisa nulis, masa' saya enggak?
Benar, cita-cita saya semasa remaja dulu adalah menjadi seorang penulis. Namun, karena tak ada satu pun prestasi yang saya hasilkan dari kegiatan itu, saya menyerah, putus asa, lalu berhenti begitu saja.
Tiba-tiba di tahun 2010 saya menemukan pencerahan, sebuah cahaya yang telah hilang. Saat itu, karena saya sudah resmi serumah dengan suami setelah tujuh bulan menjalani LDR, saya memulainya dengan bersih-bersih rak buku milik suami. Ketika itu, sebuah buku berwarna hijau - berjudul aneh - dari pengarang yang saya sudah ketahui namanya sebagai seorang penyanyi, menyita perhatian saya.
Buku-buku yang berserakan tak karuan tak saya hiraukan.
Saya membaca semua endorsement tentang buku itu. Semua positif. Semua menyambut kelahiran buku itu dengan takjub. Apalagi sang penulis berhasil membawakan karyanya dalam dua versi, yaitu dalam bentuk tulisan dan lagu.
Sampai disini, pasti sudah bisa menebak 'kan, apa judul buku itu?
Iya, Recto Verso jawabannya.
Recto Verso by Dee Lestari |
Coba deh, tanyakan pada orang-orang di sekitarmu, "Apa kamu tahu recto verso?"
Saya menebak, jawaban yang terbanyak adalah, "Itu kan karyanya Dee Lestari." Dee sendiri mengatakan bahwa recto verso memiliki arti sebuah gambar yang seolah-olah terpisah, padahal menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Dee menjadikan kata itu sebagai judul karyanya karena karyanya ini mempunyai dua versi, yaitu audio (lagu), dan visual (buku). Meskipun bentuknya berbeda, namun sejatinya baik lagu maupun buku itu adalah satu. Ia bisa dinikmati bersama-sama.
Mengutip armeyn.com, dalam dunia percetakan, recto dan verso dikenal sebagai halaman depan dan belakang. Recto adalah halaman di sebelah kanan, dan verso adalah halaman di belakangnya.
diambil dari armeyn.com |
Dan mengapa recto verso ini begitu istimewa?
Selain karena lewat karyanya ini, Dee berhasil membangunkan passion saya yang mati suri, recto verso menjadi penghibur tersendiri. Jika saya sedang tidak tahu ingin melakukan apa, maka recto verso lah yang jadi pelampiasannya. 11 rangkaian nada dalam albumnya, telah puluhan kali saya dengarkan. 11 kisah yang Dee bawakan dalam bentuk tulisan, telah puluhan kali saya baca ulang. Dengan membaca satu atau dua cerpen saja, semangat saya bisa kembali ada. Itulah mengapa buku ini selalu ada di samping tempat tidur saya. :)
Gaya cerita Dee dalam buku ini begitu mempesona. Dia seperti berkata lewat huruf dan tanda baca. Dan ada beberapa cerpen favorit saya disana.
Dalam "Firasat", saya menyimpulkan bahwa terkadang terlalu peka itu menyiksa.
"Aku Ada" berkisah, meskipun raga telah terpisah dari jiwa, namun cinta bisa mendengar, melihat, tanpa perlu alat. Bahwa dia yang telah pergi, mungkin saja ada di sampingmu kini.
Dalam "Hanya Isyarat", saya ikut merasakan sesak karena perasaan yang tak sempat terungkap.
Dalam "Peluk", saya seperti menangkap kisah yang menjadi pemisah antara penulis dengan suami pertamanya.
Dee pun tak perlu menulis kata "sedih" untuk melukiskan sebuah kesedihan. Kata-kata yang dipilihnya dalam "Tidur", cukup membuat saya menangkap bahwa hati tokohnya porak poranda.
Ahh, Andrea Hirata benar, Dee selalu menghormati intelektualitas pembacanya.
Setiap buku memberikan inspirasi kepada pembacanya :D :D
ReplyDeleteBetul mba hana.. Selalu ada yang bisa dipetik. :)
DeleteKemampuan Dee dlm bertutur melalui bukunya memang tak dapat di ragukan lagi kemampuannya. bahkan utk buku ini sendiripun telah diangkat ke layar lebar.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berpartisipasi dalam GA Buku Yang Menginspirasi (jangan lupa utk mention ke twitter sebagai syarat wajibnya) ^_^
Sudah mba.. :)
DeleteNovel ini jd salah satu novel favorit saya juga Mak. Kisah2nya menghanyutkan perasaan..
ReplyDeleteBetul mak..nggak membosankan yaa.. :)
DeleteSaya cuma nonton filmnya aja, novelnya nggak kebeli-beli :(
ReplyDeleteSaya malah belun nonton filmnya.. Hehehe..
DeleteSaya udah baca dan nonton filmnya. Keduanya saling melengkapi menurut saya. Paling saya suka Hanya Isyarat dan Malaikat Juga Tahu. Hanya Isyarat ituu emang bikin nyesak. Suka filosofi Dee yang Cinta Sebatas Punggung. Kalau Malaikat Juga Tahu saya baru ngeh kalau ternyata kalau 'juara' di sana maksudnya cinta seorang ibu. Suka diksi yang dipakai Dee di buku itu. Mengagumkan :-)
ReplyDeleteOh..saya juga baru tau kalau juaranya itu ibu. Kirain si abang. Hehe..
DeleteSaya belum baca bukunya, tapi suka sama filmnya. :p
ReplyDeleteSaya belum nonton filmnyaaa..:(
DeleteWah, jadi penasaran, Mbak.
ReplyDeletebagus lho mbak.. :)
Deletesaya belum pernah membaca novel Dee. Tapi suka degan lagu-lagu ciptaannya. :)
ReplyDeleteKalau filmnya gimana Mak? Perahu Kertas misalnya?
DeleteSaya serius terhipnotis pingin punya dan baca bukunya. Karya Dee yang pernah saya baca adalah Perahu kertas, lagu-lagunya saya suka banget
ReplyDeletekarya Dee memang "ajaib" mba.. :)
Deletejudul bukunya unik jadi penasaran isinya :)
ReplyDeletepenulisnya juga unik mba.. :)
DeleteSalah satu penulis favorit aku juga mak. Dan kita punya buku yang sama, entah bagaimana bisa menggugah rasa dan semangat atau hanya bediam termenung saja :D
ReplyDeleteBetul mba.. Dee memang warbyasak.. :D
DeleteAku pernah liat filmnya. Issshh keren abis.
ReplyDeleteAku belom...huhuhu
DeleteBuku ini semacam kisah dalam novel gitu, Mak?
ReplyDeleteini kumpulan cerpen mbak..ada 11 cerpen di dalamnya.
Deletesebagai penggemar garis keras karya karya dee, aku juga jadi tersulut ni buat nulis yang serius...nulis buku...novel..huhuuu,
ReplyDeletewaaa...keren tuh buat resolusi 2016. :D
Deletebeneran penasaran sm recto verso-nya Dee ini. banyak bgt inspirasi did alamnya kayaknya
ReplyDeleteyang jelas, baca cerpennya itu kita jadi terbawa suasana. Dee pinter banget melukiskan setting, alur, secara detail.
Deleterecto.. verso.. bakal tak ingat-ingat terus ini buat dipakai kalau ngomong sama yang lain ;)
ReplyDeleteHiyahahaha... Mesthi lho!
Delete