Sedih rasanya ketika berbagai media memberitakan bahwa saudara-saudara kita banyak yang mengalami kekeringan sehingga harus berjalan berkilo-kilo jauhnya untuk mendapatkan air, atau harus merogoh kocek cukup dalam untuk membeli air. Dan ternyata, hal ini kini terjadi di kota saya sendiri, kota yang notabene masih hijau.
Beberapa hari yang lalu, seorang sahabat memberitahu saya bahwa di Purworejo, kota kelahiran saya, dilaksanakan shalat istisqa di alun-alun kota. Shalat itu dilakukan untuk meminta hujan pada Tuhan Semesta Alam. Beberapa waktu sebelumnya pun, sahabat dekat saya yang lainnya, mengeluhkan bahwa di daerahnya sudah tidak ada air. Untuk mendapatkan air bersih, ia harus membelinya.
Saya yang tidak bisa membantu apa-apa, hanya bisa urun do'a, semoga hujan segera turun untuk menghapus kekeringan. Saat saling berkabar itulah, tiba-tiba saya teringat dengan Bak Penampungan Air Hujan (PAH) yang sering dibicarakan oleh suami dan kawan-kawannya.
Suami saya adalah seorang arsitek yang tergabung dalam Tim Akanoma yang dipimpin oleh Yu Sing. Beberapa desain Akanoma memang menerapkan prinsip rumah ramah lingkungan. Salah satu ciri rumah ramah lingkungan yang didesain Akanoma adalah adanya bak PAH dan bak pengolahan air limbah. Mengenai bak pengolahan air limbah pernah saya tulis disini.
Apa sebenarnya bak PAH itu?
Pernah tidak sih, kita terpikir untuk menyimpan air agar saat musim kemarau kita tidak lagi galau? Pernahkah juga terpikir, bagaimana caranya supaya air hujan tidak mubazir? Iya, karena di musim penghujan air seolah tak lagi berharga. Air yang akan dirindukan lagi di kemarau nanti, terbuang sia-sia.
Bak PAH sendiri, sesuai dengan namanya, memang merupakan sebuah wadah yang dibuat untuk menampung air hujan. Bak PAH sudah diterapkan oleh warga Gunung Kidul, karena daerah ini memang sering mengalami krisis air meskipun curah hujannya cukup tinggi.
Ini salah satu contoh bak PAH di Gunung Kidul. sumber; kabarhandayani.com |
Air yang ditampung di bak PAH, dialirkan dari talang. Warga Gunung Kidul sendiri menggunakan air ini untuk memasak, mencuci, mandi, bahkan juga untuk minum. Padahal sebenarnya air hujan memerlukan beberapa kali tindakan filtrasi agar layak untuk dikonsumsi.
Rata-rata, bak PAH ini dapat menampung air sekitar 9 meter kubik. Air sebanyak ini kira-kira cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 2 minggu.
gambar diambil dari Facebook GreenYatra. Air hujan juga dimanfaatkan untuk menyiram toilet. |
Contoh bak PAH yang lain. Air dari bak PAH dapat langsung digunakan untuk menyiram tanaman. |
Meskipun katanya, rumah ramah lingkungan membutuhkan budget yang lebih besar dari rumah "biasa", tapi pemanfaatan air hujan dengan cara ini patut dicoba, karena seperti yang dilansir di http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/spah.html, ada beberapa manfaat yang bisa kita rasakan, antara lain;
1. Menghemat penggunaan air tanah.
Beberapa waktu lalu sebuah televisi nasional menayangkan bahwa warga ibu kota berbondong-bondong memperdalam sumurnya karena air sudah semakin kering. Hal ini bisa menimbulkan masalah baru, karena jika air tanah terkuras, maka dikhawatirkan permukaan tanah akan mengalami penurunan. Hal yang paling buruk yang mungkin terjadi adalah amblasnya tanah.
2. Menampung 10 meter kubik air pada saat hujan. Kalau ingat bencana kekeringan yang mungkin akan terjadi di kemarau yang akan datang, tentu kita tidak akan rela air hujan begitu saja terbuang.
3. Mengurangi run off dan beban sungai saat hujan. Wah, berarti bisa diartikan bahwa menampung air turut berperan dalam penanggulangan bahaya banjir, dong? Sounds great, kan?
4. Menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah.
5. Mempertahankan tinggi muka air tanah.
6. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah.
7. Memperbaiki kualitas air tanah dangkal.
8. Mengurangi laju erosi dan sedimentasi.
9. Mereduksi dimensi jaringan drainase
10. Menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut.
11. Mencegah terjadinya penurunan tanah.
12. Stok air pada musim kemarau. Nah ini yang paling penting, supaya bencana kekeringan tidak lagi terjadi di kemarau yang akan datang.
Mimpi saya sih sederhana saja. Setiap kita menjadi lebih bijak dalam menggunakan air, dan ke depannya, 1 rumah mempunyai 1 bak PAH. Terlalu tinggikah? :)
Waah keren ini maak, harus disosialisasikan ke daerah2 lain
ReplyDeleteiya mak, harapannya begitu. kalau semua orang tau, bumi ini bisa terselamatkan. *macak serius
DeleteAku jd terinspirasi nich mb...kyknya bisa menghemat air
ReplyDeletebisa bangeet mba.. :)
Deleteidenya emang brilian banget dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang :)
ReplyDeleteBetul mba. Cara ini sebenernya sudah cukup lama, tp sayang blm populer. Tugas kita utk mempopulerkannya mba.. :)
Deleteini sih ide yang cemerlang ya
ReplyDeleteIya mba. Jd lebih bijak menggunakan "rezeki" dari-Nya.
DeleteHarus disosialisasikan nih...karena bahkan di daerah pegunungan spt sukabumi di kampung ttt tetap kekeringan n kekurangan air saat kemarau. Pdhal tidak jauh dr hutan. Krn blm terpiki "menabung air spt ini"
ReplyDeleteiya betul Mak.. di wonogiri alhamdulillah sudah banyak yang bikin bak PAH Mak..
DeleteHarus disebarluaskan ini Mbak. Di rumah saya, air sumurnya aman pas musim kemarau. Tapi beberapa tetangga pada mengalami kekeringan. Belum lagi yg pake air PAM suka lelet ngalirnya. kadang cm ngalir pagi ampe siang. Malam udah stop.
ReplyDeletealhamdulillah saya pun begitu mba.. masih aman stoknya, masih jernih dan tidak berbau. tapi kalau tidak dari sekarang kita "memelihara" air, mungkin beberapa tahun lg kita akan mengalami kekeringan seperti yg lain mba,,
DeleteSetiap rumah harusnya punya bak PAH ini, ya. Supaya pas kemarau, gak susah air...
ReplyDeleteiya mak, harapannya begitu...
Deletesaya baca ini jadi ingat pernah shalat di suatu masjid desa di Gunung Kidul Yogyakarta yang memanfaatkn tampungan air hujan sbg sumber air wudhu. Kalau musim kemarau ya....
ReplyDeletewah iya mas..air hujan kan memang air yg mensucikan, bisa dipakai utk berwudhu. asal diperhatikan juga salurannya, jangan sampai terkena kotoran binatang. :)
DeleteKonsep Bak PaH ini gimana, Mbak Arin? Kayak sumur?
ReplyDeleteBisa seperti sumur, bisa seperti kolam, bisa seperti tandon air Mba..
Delete