Hampir semua orang pernah
mengalami rasanya menjadi anak kost. Entah saat sekolah, kuliah, ataupun
setelah bekerja. Saya pun begitu.
Saat kuliah dulu, saya
sempat menjalani kehidupan sebagai anak kost, meskipun saya baru
memulainya di semester tiga. Saya sempat berganti ibu kost. Yang pertama hanya
sebulan, kemudian seorang teman mengajak untuk kost di tempatnya. Disinilah, di
tempat ke dua ini, saya bertemu dengan ibu kost terbaik sedunia.
Tidak berlebihan sepertinya
jika saya menyebut beliau demikian. Ibu kost saya ini, meskipun bersuara
lantang karena berdarah Batak, namun hatinya luar biasa baik. Dengan biaya kost
yang hanya tiga ratus ribu rupiah per bulan, di Jakarta, kami mendapat
fasilitas berupa tempat tidur, lemari pakaian, kipas angin, dan kamar mandi di
dalam kamar masing-masing. Ibu kost pun masih menambahnya dengan jus buah
segar. Tidak setiap hari memang, tapi sering. Rasanya, tiga ratus ribu rupiah
itu tidak sebanding dengan apa yang kami dapatkan.
Setiap kali mendengar pintu
terbuka atau suara kaki menaiki tangga, ibu selalu memanggil, "Ariiin
(atau nama anak kost yang lain), ini jusnya diminum dulu!" Wah, nikmat
bukan? Selain itu, ibu juga sering menawari kami makan malam, namun sering kami
tolak karena tak enak. Bukan tak enak rasa makanannya, tapi perasaan kami lah
yang tak enak. Ibu kost ‘kan menggunakan jasa katering dan jarang sekali masak
sendiri, mana tega kami ikut menghabiskan makanannya?
Ada momen mengharukan yang
belum terlupa hingga kini, yaitu saat ulang tahun saya yang ke dua puluh satu.
Entah dari siapa ibu mengetahui tanggal lahir saya, di hari itu ibu memberikan
kejutan luar biasa. Saat itu, sepulang kuliah saya dipanggilnya. Saya tidak
diijinkan masuk ke kamar. Di bawah (kamar saya di atas), telah menunggu semua anak-anak
kost. Saat itulah kejutan dimulai. Ibu kost mengeluarkan tumpukan donat merek
terkenal yang disusun menyerupai kerucut, lengkap dengan lilinnya. Saya terharu
hingga meneteskan air mata. Tak cukup dengan itu, ibu dan dua putranya memberi
saya bingkisan. Selanjutnya, kami semua diajak untuk menyantap nasi goreng yang
sudah beliau siapkan. Ibu kost yang baru saya kenal beberapa bulan memberikan
perhatian yang luar biasa besar.
Di waktu lain, saya
dikejutkan dengan tumpukan cucian yang sudah rapi. Sebenarnya ibu sering sekali
menyuruh kami menggunakan mesin cuci otomatis di bawah, namun lagi-lagi kami
tak enak hati. Kami pun mencuci pakaian kami sendiri, dengan tangan. Dan hari
itu, selain cucian saya yang sudah terlipat rapi, celana panjang saya yang sobek
juga dijahitkan oleh beliau. Duh, malunya saya mendapatkan perlakuan luar biasa
ini. Berkali-kali saya mengucapkan terima kasih atas apa yang ibu lakukan untuk
saya, dan berkali-kali pula ibu menjawab, “Tenanglah, Rin. Ibu sudah biasa.”
Kini, setelah menikah dan
memiliki anak, saya baru mengunjunginya satu kali. Ini karena sekarang saya
berada jauh di kota Solo. Seandainya jarak kami dekat, tentu saya akan sering
berkunjung kesana. Ibu kost saya, ibu kost terbaik di dunia. Semoga Allah
membalas semua kebaikannya, dan semoga kami dipertemukan kembali oleh-Nya.
Wah mb dr purworejo ya, heheee sekampung mb
ReplyDeleteWah dibuatin jus y enaaakkk
waa..purworejonya mana mba? SMA mana?
DeleteMasya Allah baik banget ibu kosnya :) Pasti anak kosnya banyak yg kangen.
ReplyDeleteiya mba..alhamdulillah.. rezeki anak sholihah, hihi.. iya,semua anak kost seangkatan sy pada kangen pingin kesana lg.
Deletewah ... ibu kost nya baik banget ya walau pun baru kenal ...
ReplyDeleteiya alhamdulillah.. :)
DeleteAku kok nangis ya baca ini. Berkah sekali hidup ibu Lucy.
ReplyDeleteaamiin YRA..
Delete