Akhir Desember 2012 yang lalu, saya dan keluarga berkesempatan
mengunjungi kota Bogor, kota yang saya anggap sebagai kampung kedua saya
setelah Purworejo. Disana saya meluangkan waktu untuk menemui teman-teman
seperjuangan saya ketika dulu mengajar di sebuah TK bernama Happy Bee Preschool
And Kindergarten di Ciomas, Bogor. Teman-teman ini sudah seperti keluarga kedua
bagi saya. Pada mereka saya berbagi suka dan duka.
Pada pertemuan itu, seorang teman bernama Nenden Hoerunisa
Pujarani, partner saya di kelas kala itu, membawakan sesuatu untuk Amay, putra
pertama saya. Sebuah gunting yang disesuaikan dengan usia Amay yang belum genap
2 tahun saat itu, juga kertas Origami. Duh, naluri ibu guru banget, hehe…
Setelah beberapa bulan terongggok, hari ini mendadak muncul
ide saya untuk membuatkan Amay huruf-huruf hijaiyyah. Memang hanya beberapa
kali saya menggunakan dua benda itu, ketika saya kehabisan ide, mau main apa
lagi Amay hari ini?
Ide untuk membuat huruf hijaiyyah muncul pada saat saya
sedang memasak, hehe, sehingga di sela-sela memasak saya pun menyiapkan
peralatannya. Saya rasa keputusan untuk membuat huruf hijaiyyah dari Origami
ini adalah keputusan ter-arif, supaya sang pemberi pun mendapatkan manfaat.
Bukankah dari kertas pemberiannyalah anak saya akan mempelajari step awal dalam
membaca Al-Qur’an? Do’a saya, semoga ini bisa menjadi amal jariyah untuk Miss
Nenden. Harapan saya pun, semoga Amay menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman
hidupnya. Karena menurut saya, kebisaan membaca Al-Qur’an adalah mutlak, tidak
dapat ditawar lagi bagi seorang Muslim.
Nah, tiba waktunya menuangkan ide segar tadi. Selesai
memasak, saya ajak Amay untuk bermain. “Dek, menggunting yuk!” Seketika itu
pula Amay yang sedang asyik dengan bekicot-bekicotnya langsung menjawab, “Yuk!”
Dia sangat tertarik bermain dengan benda bernama gunting.
Ahh, jadi ingat, “Do you still remember, girls, this is one of the activities I
love to do in Happy Bee? Ya, cutting (or, scissoring? Hehe..)
Saya pun membuat huruf-huruf hijaiyyah dengan tulisan saya
sendiri. Sedikit kepedean memang, jika melihat hasilnya yang kurang memuaskan,
hihi.. Maklumlah, tangan ini tak bisa disetel layaknya mesin cetak, yang bisa
menghasilkan huruf-huruf yang presisi, wkwkwk..
Daaann, ini untuk Amay, juga untuk Miss Nenden…
Udah lumayan lho itu, mba. Hihiii.. Yang penting kan terbaca itu huruf apa :D
ReplyDeletehehe..makasih Mbak...walaupun ada yang besar ada yang kecil.. :p
DeleteMbak Arin rajin banget.Dulu waktu satu anak, masih sempat,makin tambah anak makinketeter. hehehe. jangan ditiru keteternya saya ya.
ReplyDeleteAduh, kalau saya punya 4 seperti mbak pasti keteter juga lah, hehe... Secara saya agak lemot. Ini lagi mau mbak, makanya semangat, ngebut juga, hihi
Delete