Salah satu cobaan terberat yang pernah saya alami adalah
ketika ibu saya dipanggil menghadap Yang Kuasa. Sering saya menangis ketika
merindukan almarhumah ibu, dimana pun saya berada saat itu. Saya menangis bukan
karena tak ikhlas. Saya sangat ikhlas, apalagi mengingat beliau sudah lama
menderita sakit. Saya pun menyadari, kepergian ibu adalah hal yang terbaik,
supaya beliau terbebas dari sakit yang selama ini dideritanya. Saya menangis
karena saya belum menunjukkan bakti pada beliau. Rasa sesal itu masih ada
hingga kini, lima tahun semenjak peristiwa itu.
Suatu ketika sambil menahan tangis saya memohon pada Allah.
Ya Allah, apakah yang bisa saya lakukan untuk beliau? Saya takut saya belum
tergolong sebagai putri yang sholihah, yang di setiap do’anya mengalir pahala
jariyah. Saya takut, sedekah yang pernah saya keluarkan untuk ibu tanpa saya
sadari terkandung riya, sehingga pahalanya tak sampai untuk ibu.
Sempat tercetus keinginan menghadiahi sesuatu untuk
almarhumah ibu, namun saya tak punya apa-apa untuk dihadiahkan. Pada saat itu,
muncul keinginan untuk menghafal salah satu surat di dalam Al-Qur’an. Saya sempat
ragu, apakah menghafal Al-Qur’an dengan motivasi seperti itu dibolehkan? Kemudian
saya bertanya pada seorang teman. “Kalau saya niat menghafal satu surat dalam
Al-Qur’an kemudian diniatkan sebagai hadiah untuk ibu, apa boleh ya?” Begitu
pertanyaan saya. Sahabat saya pun menjawab, “Insya Allah tidak apa-apa.” Lalu
mulailah saya menjalankan “proyek” itu. Saya ingin menghadiahi beliau Surat
Ar-Rahman, salah satu surat yang paling saya sukai.
Sebagai seorang Muslim, saya percaya dengan sebuah hadist dari Buraidah, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang
membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota
dari cahaya pada hari kiamat. Cahanya seperti cahaya matahari dan kedua orang
tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia.
Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab, ‘Karena kalian
berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an.” (HR Abu Daud)
Saya ingin menghadiahi beliau jubah istimewa itu. Juga untuk simbah putri
dan bapak yang tak lelah mengajarkan saya bagaimana membaca Qur’an dengan
benar. Semoga niat saya dipermudah oleh-Nya. Saya pun berharap, keturunan saya
kelak dapat menjadi seorang Ahli Qur’an. Saya yakin, walaupun memang tak mudah,
namun sesungguhnya menghafal Al-Qur’an adalah mudah. Semua tergantung niat
kita. Bukankah Allah juga sudah berjanji dalam firman-Nya? “Dan Sesungguhnya
telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran (adz-Dzikr), maka adakah orang
yang mengambil pelajaran?(Al Qamar:17)”
Maka ni’mat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?