“Tadi malam kamu tidur di sini,” kata ibu. “Kamu suka tidur
di perut ibu?” Tanya beliau kemudian.
“He eh..” jawabku sambil menikmati tangannya membelai
rambutku.
“Kenapa?”
“Empuk. Terus, bisa naik turun juga. Kalo bantal biasa kan
nggak bisa. Hehe…”
“Iya, naik turun itu karena ibu bernapas. Tapi nanti kalau
kamu tambah berat, ibu tambah tua, ibu nggak tahu ibu masih kuat apa nggak kamu
jadikan bantal.”
“Ibuuu…” Aku merengek.
“Hmm? Ibu disini.”
Aku lalu memiringkan tubuh ke arahnya. Kupeluk tangannya
yang tengah membelaiku. Kupandangi bibirnya, juga dagunya yang manis terbelah.
Belahan dagu yang alami, bukan buatan.
Aku membatin, “Ibu cantik.”
“ Ibu sayang kamu.” Katanya berbisik.
Aku diam saja. Tapi dalam hati kuucap, “Aku juga sayang
banget sama ibu.”
Dan sekarang aku menyesal, mengapa kata-kata itu tak pernah
kuucapkan di depannya, di dekat telinganya?
Aku ingin bertemu
denganmu ibu, dan jika itu terjadi walau dalam mimpi, aku akan berkata, “Ibu
cantik, Arin sayaaaang banget sama ibu.”
oh jadi inget my mom....:)
ReplyDeletesemoga ibu-ibu kita diberi-Nya surga ya mba, aamiin.. :)
Delete